Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Author

Mahéng menulis di berbagai platform. Di Kompasiana, ia belajar menguleni isu-isu berat dengan adonan humor, kadang matang, sesekali gosong, adakalanya garing, dan nggak jarang absurd, persis seperti hidupnya sendiri. Intip X/IG @iamaheng.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Darurat Baca Pejabat, Kenapa Bibliosida Intelektual Bikin Visi Bangsa Start Over dari Nol?

29 September 2025   16:43 Diperbarui: 29 September 2025   20:54 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngobrolin buku tentang Gus Dur dan Romo Mangun yang banyak menghabiskan waktu dengan membaca. Sumber: dokumentasi bersama. 

Tepat seperti kata Pröpper dan Theresia tadi, menurunnya tradisi membaca pejabat berbanding lurus dengan turunnya kualitas produk politik kita.

Pidato makin ringkas. Argumen makin tipis. Retorika makin hancur. Diskusi publik didominasi gimmick ketimbang gagasan.

Kenapa kita sekarang jarang mendengar pidato kenegaraan yang substansial, yang mengutip pemikir besar, yang membangun narasi filosofis tentang masa depan, alih-alih sekadar pamer angka proyek?

Jawabannya: Bibliosida Intelektual (kematian buku di meja kerja pejabat), atau kalau mau lebih lugas, darurat baca pejabat.

Indonesia Dibangun oleh Pembaca

Kita butuh pejabat yang mampu berdiskusi dengan Tan Malaka, Sartre, Camus, Hatta, dan Gus Dur di dalam kepalanya, bukan pejabat clueless yang cuma bisa berdiskusi dengan dirinya sendiri di depan cermin.  

Padahal, para pendiri bangsa justru lahir dari kedekatan dengan buku. Sujiwo Tejo pernah berandai-andai, kalau rumah Bung Hatta dan Gus Dur dijarah, pencuri nggak akan nemu apa-apa selain buku. 

Bung Hatta bahkan bilang, "Aku rela dipenjara asalkan bersama buku. Karena dengan buku, aku bebas." 

Sejarawan J.J. Rizal sampai berkelakar, kedekatan pendiri bangsa ini dengan buku seperti gigi dengan gusi: dekat sekali. 

Hasilnya Indonesia menjadi negara satu-satunya yang memperoleh kemerdekaan dengan direbut bukan diberikan. Dan itu nggak mungkin terjadi tanpa membaca.

Jadi, selama buku nggak jadi kebutuhan utama para pejabat (dan juga kita semua), negara ini akan terus jatuh di lubang yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun