Di situ saya sadar. Itu hebatnya karya.
Makanya saya tetap menulis di Kompasiana ini. Nggak peduli dibayar atau nggak, saya tetap memilih untuk berkarya lewat tulisan. Karena saya percaya, itu cara saya untuk tetap bernilai, bahkan di tengah kekacauan pasar kerja.
Di tengah himpitan persaingan dan lowongan kerja yang absurd, kita perlu cari celah untuk bertahan. Jangan biarkan skill yang udah kita punya berkarat. Justru inilah saatnya mempertajamnya atau bahkan belajar hal baru dari platform online.
Bangun pagi, olahraga, dan tetap ngobrol sama orang lain itu penting. Bukan buat jadi influencer kebugaran, tapi biar kepala nggak kusut sendirian. Siapkan juga rencana alternatif. Kerja freelance, bantu proyek teman, atau bikin usaha kecil-kecilan.
Saya tahu tulisan ini nggak akan menyulap sistem kerja jadi adil dalam semalam. Tapi dengan menulis ini, saya pengin kita ingat bahwa kita nggak sendirian. Mungkin dari sini, kita bisa mulai ubah realita. Pelan-pelan, asal jalan.
Karena yang kita butuhkan bukan cuma kerja, tapi juga ruang hidup. Dan itu lebih bervalue dari gaji UMR setelah kerja bagai kuda sampai lupa orang tua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI