Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Author

Mahéng menulis di berbagai platform. Di Kompasiana, ia belajar menguleni isu-isu berat dengan adonan humor, kadang matang, sesekali gosong, adakalanya garing, dan nggak jarang absurd, persis seperti hidupnya sendiri. Intip X/IG @iamaheng.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kisah Pilu Jobseeker: Syarat Makin Absurd, Harapan Makin Tipis, tapi Tetap Nggak Mau Nyerah

10 Mei 2025   16:54 Diperbarui: 11 Mei 2025   13:18 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syaratnya seabrek kayak transkrip nilai kuliah yang IPK-nya pas-pasan, isinya bikin dahi berkerut. Minta umur maksimal 25 tahun, tapi pengalamannya kudu minimal 3 tahun.

Lah, kalau kuliah kelar umur 22, itu artinya kita mesti udah nyambi kerja sambil skripsian dari zaman batu. Belum lagi kalau sempat jadi ketua BEM atau buka usaha sampingan biar CV-nya cetar membahana.

Belum kelar sampai situ dramanya. Ada lagi jurus pamungkas "berpenampilan menarik", padahal yang dicari admin gudang. Emang ngitungin stok barang di gudang perlu pose anggun sambil catwalk?

Pernah kebayang nggak, ada lowongan entry level yang nyebutin tinggi badan proporsional? Ini mah kayak nyari model buat majalah logistik. Terus, jangan kaget juga kalau nemu yang nyantumin "tidak sedang kuliah", "belum menikah", dan yang paling juara: "bersedia kerja di bawah tekanan".

Ini mah bukan nyari karyawan, tapi kayak lagi audisi anggota Avengers yang siap lembur tanpa dibayar.

Buat kita-kita yang baru lulus dan masih polos soal dunia kerja, ngeliatin lowongan tuh udah kayak baca ramalan bintang. Banyak janji manis, tapi pas dijalanin... zonk.

Kerja Itu Sama, Gaji Beda, Stresnya Berlipat Ganda  

Konon katanya, di negeri antah berantah, semua jenis pekerjaan itu setara. Tukang sapu dan CEO katanya sama-sama dihormati, sama-sama dianggap berkontribusi.

Tapi itu kata teman saya yang sudah keburu frustrasi dengan kenyataan lowongan kerja "superhero" di Indonesia, sampai pindah benua.

Di sini? Dunia kerja bertingkat-tingkat seperti piramida Firaun, tapi isinya bukan mumi, melainkan kasta sosial dan prasangka purba. Tukang sampah dan direktur sama-sama berkeringat, tapi coba suruh mereka foto bareng.

Di Eropa mungkin jadi simbol egaliter. Di sini? Bisa jadi pak CEO auto panik mengecek dompet, khawatir dikira perusahaannya sedang krisis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun