Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

Saat ini, selain tertarik mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, ia terus belajar menulis serta sangat terpikat pada jurnalisme dan sastra. Perspektifnya sangat dipengaruhi oleh agama dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Cinta yang Tak Terdefinisikan: Perjalanan Amba dalam Novel Mengesankan Karya Laksmi Pamuntjak

25 Juli 2023   16:51 Diperbarui: 25 Juli 2023   17:00 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Diskusi Buku ke 59 Klub Buku Main-Main

Saya teringat kutipan menarik dari salah satu tokoh Sufi terkemuka, Jalaluddin Rumi, dalam sajak terkenalnya: Dengan hidup yang hanya sepanjang setengah tarikan napas, jangan tanam apapun kecuali cinta.  

Karena itu, saya sepakat dengan banyak orang yang percaya bahwa "cinta" adalah kosakata tanpa antonim. 

Perasaan cinta tidak bisa didefinisikan hanya dengan kata-kata. Jika bisa didefinisikan, maka itu bukanlah cinta, melainkan sebuah perhitungan atau kalkulasi.

Perasaan inilah yang dirasakan oleh Amba Kinanti pada Bhisma dalam novel The Question of Red, atau edisi Bahasa Indonesia berjudul Amba: sebuah novel karya Laksmi Pamuntjak.

Ketika bertemu dengan Bhisma Rasyad, Amba mengalami perubahan besar. Ia menjadi cemburuan dan sepenuhnya berbeda dari dirinya sebelumnya, yang dulu mandiri dan punya pemikiran jauh ke depan.

Setelah mengenal Bhisma, ia mulai merasa inscure. 

Padahal pada usia 18 tahun, Amba sama sekali tidak memikirkan pernikahan; sebaliknya, ia bertekad untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. 

Memang ada faktor bahwa Amba adalah putri seorang guru di sebuah kota kecil bernama Kadipura di Jawa Tengah, Indonesia. 

Di sisi lain, membaca sejarah bisa menjadi melelahkan bagi mereka yang sama sekali tidak tertarik padanya. Namun, siapa yang bisa menolak daya tarik sebuah cerita sejarah yang dipadukan dengan kisah cinta? 

Sama seperti Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer, yang begitu dikagumi oleh banyak orang, baik dalam bentuk buku maupun film. Hal yang sama berlaku untuk novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

Perbedaannya adalah, Tetralogi Pulau Buru menggunakan adegan percintaan untuk mengantarkan kita pada isu-isu dan perjuangan yang lebih dalam yang ingin dikampanyekan oleh Pramoedya, sementara novel Amba hampir sepenuhnya berkisah tentang perjuangan cinta.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun