Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Travel Writer

Lahir di Aceh, Terinspirasi untuk Menjelajahi Indonesia dan Berbagi Cerita Melalui Karya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengatasi Kekhawatiran dan Stres: Hikmah yang Dapat Dipetik dari Buku 'Filosofi Teras'

2 Juli 2023   21:39 Diperbarui: 2 Juli 2023   22:03 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat ini buku Filosofi Teras telah masuk cetakan ke-50. Foto: Instagram @nadiemmakarim

Seorang praktisi stoisisme seharusnya mampu merasakan kebahagiaan yang berasal dari dirinya sendiri, tanpa bergantung pada validasi dari orang lain.

Dalam stoisisme, terdapat empat kebajikan utama (virtue/arete) yang diupayakan untuk dicapai. Salah satu di antaranya adalah kebijaksanaan (wisdom). 

Benar belum tentu bijak. Sebagai contoh, jika kita memiliki seorang teman yang memiliki berat badan di atas rata-rata dan kita memanggilnya dengan panggilan "gendut", hal itu mungkin benar secara fisik. Namun tidak bijak karena berpotensi sebagai tindakan body shaming, bullying, dan sebagainya. 

Selanjutnya,  kebajikan utama dalam stoisisme adalah keadilan (justice). Seorang praktisi stoisisme akan berusaha untuk memperlakukan diri sendiri dan orang lain dengan adil serta menghormati hak mereka.

Selain keadilan, keberanian (courage) juga merupakan kebajikan penting dalam stoisisme.  Berani untuk berpegang pada kebenaran dan prinsip-prinsip yang benar, tanpa ragu-ragu atau tidak plin-plan.

Misalnya, dalam prinsip hidup selaras dengan Alam (in accordance with Nature), Alam (ditulis dengan A kapital) dalam filsafat stoisisme memiliki makna yang lebih luas daripada sekadar lingkungan hidup tempat kita tinggal. Alam dalam konteks ini mencakup seluruh Alam semesta beserta isinya.


Satu-satunya hal yang membedakan manusia dari binatang adalah kemampuan akal, nalar, dan rasio. Dengan kemampuan ini, manusia mampu hidup secara berkeutamaan (life of virtues), yaitu hidup sesuai dengan nilai-nilai kebajikan.

Ketika kita tidak menggunakan nalar, kita menjadi rentan untuk tidak bahagia, cenderung merasa khawatir, mudah terprovokasi, dan berperilaku tidak adil. 

Contohnya ketika kita menggunakan media sosial dan terprovokasi oleh unggahan seseorang. Tanpa menggunakan nalar, kita mungkin merespons secara emosional tanpa memeriksa kebenarannya terlebih dahulu. 

Terakhir, kebajikan utama yang ingin dicapai dalam stoisisme adalah menahan diri (temperance). 

Menahan diri mencakup disiplin, kesederhanaan, dan kontrol diri dalam kehidupan kita. Dalam konteks stoisisme, menahan diri berarti mengendalikan keinginan dan hawa nafsu yang berlebihan, serta menjaga keseimbangan dalam tindakan dan pola pikir kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun