Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Travel Writer

Saat ini, selain tertarik mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, ia terus belajar menulis serta sangat terpikat pada jurnalisme dan sastra. Perspektifnya sangat dipengaruhi oleh agama dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berkumpul di Tenda Daun, Tempat Hangout Instagrammable di Solo

24 Juni 2023   20:33 Diperbarui: 24 Juni 2023   20:37 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berkumpul di Tenda Daun, Tempat Hangout Instagrammable di Solo. Foto: Dokumentasi Maheng

Setiba di Stasiun Solo Balapan, saya harus menunggu kedatangan dua teman saya, Rezza dan Wawa. Peron dipenuhi oleh orang-orang, sehingga menyulitkan mereka untuk keluar.

Waktu itu sekitar pukul lima sore, saat stasiun sedang ramai. Solo Balapan adalah stasiun kereta api utama di kota "Bengawan." 

Stasiun ini menarik karena dulunya adalah tempat pacuan kuda sebelum dibangun pada tanggal 10 Februari 1870. Seiring waktu, stasiun ini telah bertransformasi menjadi pusat aktivitas yang menghubungkan Surakarta dengan kota lain di Indonesia. 

Dengan fasilitas lengkap dan modern, stasiun ini memberikan kemudahan bagi para pelancong.

Sehingga stasiun ini menjadi vital dan penggerak ekonomi. Dengan 53 kereta api jarak jauh, 24 Kereta Commuter Line, 8 kereta bandara Internasional Adi Soemarmo, dan 12 kereta barang, stasiun ini beroperasi sepanjang hari, dipenuhi manusia hilir mudik, terutama pada jam sibuk.  


Karena banyak orang tinggal di Surakarta tetapi bekerja di Yogyakarta, atau sebaliknya, sehingga mereka harus naik Kereta Rel Listrik (KRL) antara dua kota tersebut. Sementara yang lainnya, seperti saya, mengunjungi Surakarta untuk bersantai atau sekadar bertemu dengan teman lama.

Saya memulai perjalanan dan tiba di sini menggunakan KRL dari Stasiun Maguwo di Yogyakarta.

Saat Rezza dan Wawa tiba, suara iqomah bergema dari masjid stasiun, menandakan waktu salat Maghrib. Kami menuju masjid tersebut, yang dikenal sebagai Masjid An Nuur. 

Masjid An Nuur, dengan gaya Timur Tengahnya, berdiri gagah dengan luas bangunan 735 meter persegi. Masjid dua lantai ini dapat menampung 600 jamaah, menjadikannya pusat kegiatan keagamaan bukan hanya untuk masyarakat setempat, tetapi juga para penumpang kereta api seperti kami.

Setelah menyelesaikan salat Maghrib, saya meraih gawai untuk melihat notifikasi. Saya menerima pesan di WhatsApp dari Indah, yang lebih lekat di lidah dengan panggil Ziba.

Jika tidak salah, Ziba berasal dari kata Persia yang berarti "cantik."

"Maheng, di mana?" 

"Aku di Masjid Stasiun," jawab saya.

Ziba dan Aris sudah menunggu kami. Saya pertama kali bertemu Aris pada Senin, 30 Mei 2022.  

Dia memandu kami saat kami menjelajahi kota Surakarta, mengunjungi tempat-tempat unik seperti Galeri Abhipraya dan Candi Cetho yang megah, yang terletak di ketinggian 1496 meter di atas permukaan laut di Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar.  

Setelah pertemuan yang tak terlupakan itu, saya tidak memiliki kesempatan untuk bertemu Aris lagi karena dia pergi bekerja ke Eropa.

Di sisi lain, saya Ziba bertemu beberapa kali. Kami bahkan sempat main-main  ke Pantai Ngerumput di kaki Bukit Kosakora.  

Kali ini, kami tidak memilih pantai sebagai tempat meet up. Kami menuju Cafe Tenda Daun berdasarkan rekomendasi teman saya, Napoleon yang beberapa waktu bertemu saya di Cafe Kokambar. Untuk Tenda Daun sendiri, ini kali pertama saya ke kafe ini.

Berbeda dengan tempat nongkrong yang biasanya berada di pinggir jalan atau di daerah persawahan yang segar, Tenda Daun berbeda.

Tempat nongkrong yang Instagrammable ini terletak di daerah pemukiman padat, sehingga lokasinya dapat membingungkan pengunjung, termasuk Aris, notabenenya tinggal di Surakarta.   

Jadi kami harus mengandalkan Google Maps untuk petunjuk. 

Gerbang masuk Tenda Daun. Foto: Dokumentasi Maheng
Gerbang masuk Tenda Daun. Foto: Dokumentasi Maheng

Setelah tiba di lokasi, tepatnya di Jalan Kahuripan Timur 3 No. 19, Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, semua usaha kami berbuah manis ketika kami disambut oleh akar gantung dari tanaman Akar Seribu (Curtain Ivy) yang menjuntai dari langit-langit kafe.

Desain kafe ini sempurna untuk para penggemar selfie atau penggemar fotografi. 

Hiasan dan perabotan di tempat ini sebagian besar terbuat dari barang-barang daur ulang. Bingkai jendela kayu melekat di dinding menambah sentuhan vintage.

Selain itu, tanaman hias yang diletakkan dalam botol di rak-rak kecil menambah keindahan kafe ini.

Kafe estetis ini tidak terletak di pinggir jalan karena memang awalnya tidak dirancang sebagai kafe. Menurut beberapa sumber, awalnya tempat ini digunakan sebagai ruang dapur kreatif untuk meracik menu minuman. Lantas kemudian, diubah menjadi kafe yang menawarkan makanan dan minuman.  

Dokumentasi perjalanan menuju Tenda Daun di Solo. Foto: Dokumentasi Maheng
Dokumentasi perjalanan menuju Tenda Daun di Solo. Foto: Dokumentasi Maheng

Meskipun berlokasi di daerah pemukiman, kafe ini sangat tenang, sehingga cocok untuk membaca buku dan aktivitas serupa. Tempat duduk untuk pengunjung dirancang di bawah pepohonan rindang, memberikan suasana damai.

Pada malam hari, seperti saat kami datang, lampu-lampu berjejer menyinari dari pepohonan menciptakan kesan romantis. Tempat yang sempurna untuk menikmati makan malam bersama kesayangan.  

Tenda Daun didirikan medio 15 Mei 2018. Dengan konsep "hijau" dan memanfaatkan pohon dan halaman belakang, sebagian furniturenya dari benda-bend  daur ulang. Makanan dan minuman di Tenda Daun sebagian besar merupakan hasil racikan dan karya sendiri. 

Untuk menjaga privasi Grace, semua fotonya diburamkan. Foto: Dokumentasi Maheng
Untuk menjaga privasi Grace, semua fotonya diburamkan. Foto: Dokumentasi Maheng

Inilah yang membuat Tenda Daun berbeda dari kafe-kafe lain di area Solo Raya.

Bukan konsep mewah atau bergengsi dan menu berharga tinggi, Tenda Daun menampilkan konsep yang sederhana dan terjangkau sambil memastikan rasa makanan dan minuman yang tersedia tetap berkualitas. 

Terdapat beberapa menu andalan yang tersedia di Tenda Daun. Kafe ini menyajikan berbagai hidangan tradisional dan modern. Mulai dari cilok, cireng, rice bowl, dan stuffed chicken wings hingga mie instan. 

Selain itu, kafe ini juga menawarkan minuman ala Kuba, yaitu versi non-alkohol Mojito dengan berbagai rasa. 

Untuk menu makanan, terdapat menu andalan berupa stuffed chicken wings dengan berbagai varian, nasi bowl dengan isian ayam atau jamur, mie, dan menu makanan pokok untuk masyarakat Indonesia pada umumnya, menu nasi. 

Dan Anda tidak perlu khawatir tentang harganya. Setiap menu memiliki harga antara Rp4.000 hingga Rp35.000. 

Setiap sudut Tenda Daun estetik. Foto: Dokumentasi Maheng
Setiap sudut Tenda Daun estetik. Foto: Dokumentasi Maheng

Pertemuan kami malam ini berjalan dengan penuh kegembiraan. Kami kedatangan seorang teman baru, Grace.

Rezza juga teman baru. Saya, Wawa, dan Fey sebelumnya menemani Rezza di Angkringan Enaknan di Yogyakarta. Saya senang bertemu dengan orang-orang dari latar belakang yang beragam.  

Seperti Aris yang fasih berbahasa Jerman, sedangkan Ziba adalah seorang guru Bahasa Inggris. Sangat menarik berinteraksi dengan individu dengan kemampuan linguistik dan keahlian yang berbeda.

Namun, Grace bukanlah orang biasa. Dia punya nama beken di Surakarta, mirip selebriti. Oleh karena itu, untuk menghormati privasinya, saya sengaja tidak menyebutkan identitasnya di sini, termasuk fotonya juga yang diburamkan.  

Setelah mengenal Grace dan berbincang dengan Rezza, sesekali terdengar ledakan tawa selepas terhembus 'jokes garing' dari mulut Ziba, sementara Wawa tetap menikmati makanannya.

Aris, sopir setia kami, terlihat lelah setelah seharian kerja dan kemudian menemani kami. Terima kasih untuk itu. 

Akhirnya, kami menutup pertemuan ini dengan mengambil beberapa foto di berbagai sudut Tenda Daun.  

***

Jika Anda telah sampai di sini, terima kasih telah membaca. Jangan ragu untuk meninggalkan kritik dan saran di kolom komentar agar saya dapat menulis dengan lebih baik lagi. [Mhg]. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun