Mohon tunggu...
I Gede Sutarya
I Gede Sutarya Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan akademisi pada Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Lahir di Bangli, 8 November 1972 dari keluarga guru. Pendidikan SD sampai SMA di tempat kelahirannya Bangli. Menempuh Diploma 4 Pariwisata di Universitas Udayana selesai tahun 1997, S2 pada Teologi Hindu di IHDN Denpasar selesai tahun 2007, dan S3 (Doktor Pariwisata) di Universitas Udayana selesai tahun 2016.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Omicron, Membangun Pariwisata Bali Berdikari

27 Desember 2021   19:45 Diperbarui: 29 Desember 2021   04:45 1638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wisatawan di Bali. (sumber: shutterstock.com/Davide+Angelini via kompas.com)

Pariwisata Bali menembus pasar-pasar Eropa sejak tahun 1980-an, karena mulai dibukanya bandara Ngurah Rai sebagai bandara internasional, di mana pemerintah juga mengundang maskapai penerbangan asing untuk singgah di Bali.

Pariwisata Bali merupakan bagian dari industri nasional. Karena itu, seperti industri nasional lainnya, sudah selayaknya untuk mengutamakan pasar dalam negeri. 

Indonesia memiliki penduduk 272 juta jiwa, yang merupakan pasar yang besar untuk pasar pariwisata. Jika 10 persen dari penduduk Indonesia berwisata maka itu sudah mencapai 27,2 juta jiwa. Angka itu adalah angka yang besar untuk pasar pariwisata Bali.

Mengutamakan pasar dalam negeri, merupakan sebuah usaha untuk mengurangi ketergantungan kepada bangsa-bangsa lainnya, walaupun hubungan ekonomi harus selalu dibangun dengan siapapun, tetapi ketergantungan bisa menjadi kelemahan terbesar suatu bangsa. 

Presiden Soekarno selalu menekankan untuk berdikari, yaitu berdiri di atas kaki sendiri untuk melepaskan diri dari penjajahan bentuk baru, yang disebutkannya sebagai new kolonialism. Karena itu, ini adalah memontum untuk menguatkan ekonomi nasional dari dan oleh bangsa sendiri.

Pasar pariwisata domestik ini, juga akan menguatkan ekonomi lokal, sebab kalau pariwisata mancanegara biasanya menginginkan produk-produk import sedangkan pariwisata domestik cukup disuguhi produk-produk lokal. 

Contohnya adalah daging lokal, sayuran lokal, dan bahan-bahan makanan lokal lainnya. Hal ini akan menggerakkan ekonomi lokal untuk mendukung pariwisata lokal ini, yang jelas ini akan berbeda dengan pariwisata mancanegara yang selalu menginginkan standar-standar internasional yang berasal dari produk-produk import.

Kebiasaan menggunakan produk-produk lokal ini diharapkan terus berlangsung sampai keadaan pulih, sehingga kemudian pariwisata Bali terbiasa dengan produk-produk lokal. 

Wisatawan datang ke Bali, dengan memakan produk-produk lokal. Jika mereka tidak suka, mereka bisa memilih tempat wisata yang lain. 

Sebab walaupun, mereka memiliki tempat wisata yang lain, pariwisata Bali sudah memiliki pasar yang pasti yaitu wisatawan domestik. Karena itu, Bali tak akan pernah dijajah lagi oleh pasar luar negeri, tetapi pasar luar negeri yang harus tunduk kepada pariwisata Bali.

Secara tradisi, desa-desa di Bali yang disebut pakraman diajarkan untuk mengutamakan produk-produk desanya untuk memenuhi kebutuhan warganya. Apabila tidak mencukupi, desa-desa ini biasanya memiliki aliansi desa untuk memenuhi kebutuhannya. Tradisi ini masih berjalan dalam tradisi upacara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun