Mohon tunggu...
Hyginus aryaperkasa
Hyginus aryaperkasa Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

hello!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Banyak Anak, Banyak Rezeki?

29 September 2020   13:22 Diperbarui: 29 September 2020   13:39 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Persepsi merupakan sebuah pandangan dan penilaian terhadap suatu hal. Pandangan serta penilaian ini terbentuk akibat adanya stimulus yang ditangkap oleh indera manusia. Penangkapan stimulus oleh indera manusia akan berbeda satu dengan lainnya. Berangkat dari hal ini akan membuat persepsi akan berbeda-beda dan bersifat subjektif (Samovar, Porter, McDaniel & Roy, 2017). Dalam memandang budaya, manusia akan mempersepsikan suatu budaya secara beragam. Pandangan mengenai budaya atau persepsi mengenai sebuah budaya banyak anak, banyak rezeki. Realita yang terjadi adalah  banyak pula yang tidak mau ber-KB dengan alasan masing-masing seperti anggapan banyak anak banyak rezeki (Nintyasari & Kumalasari, 2014). 

Berangkat dari budaya banyak anak, banyak rezeki yang populer pada tahun 1961 hingga 1980 (Kumparan, 2020) merupakan konsep pemikiran atau persepsi generasi X perihal mempunyai anak. Namun pada zaman sekarang, sudah tidak relevan lagi konsep pemikiran banyak anak, banyak rezeki. Hal ini dilihat dari gencarnya program KB atau Keluarga Berencana yang muncul pada Orde Baru. Jargon utama KB adalah "Dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja" (Matanasi, 2019). 

Hal ini membuat adanya perbedaan pada pandangan masyarakat. Alasan di balik pernyataan ini juga ditanggapi dengan berbagai cara. Persepsi menjadi suatu hal yang sangat subjektif dan akan membentuk suatu pola. Pola-pola ini akan dijelaskan melalui teori dan budaya persepsi, dan pola persepsi dapat dipelajari. Pendapat setiap orang akan dipengaruhi oleh budaya, terutama perbedaan budaya. Ini tercermin dalam proses atau cara mengamati korelasi antara budaya, proses dan perilaku. Proses ini melibatkan dua asumsi utama, yaitu persepsi selektif dan mode persepsi. Persepsi tentang sesuatu bersifat subjektif, yang menjadikan persepsi itu sendiri sebagai hal yang selektif.

Daftar Pustaka

Kumparan. (2020). Banyak anak, banyak (cari) rezeki. Diakses dari https://kumparan.com/skata/banyak-anak-banyak-cari-rezeki-1sdgP3CSggI/full

Matanasi, P. (2019). Sejarah Keluarga Berencana . Diakses dari  https://tirto.id/sejarah-kb-dan-ide-dua-anak-cukup-dari-era-sukarno-sampai-soeharto-ecJj

Nintyasari, D., & Kumalasari, N. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur (Wus) Dalam Pemilihan Kontrasepsi Hormunal Di Desa Batursari Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Jurnal Kebidanan, 3(1), 8-13.

Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R., & Roy, C. S. (2017). Communication between cultures. Nelson Education.

Kumparan. (2020). Banyak anak, banyak (cari) rezeki. Diakses dari https://kumparan.com/skata/banyak-anak-banyak-cari-rezeki-1sdgP3CSggI/full

Matanasi, P. (2019). Sejarah Keluarga Berencana . Diakses dari  https://tirto.id/sejarah-kb-dan-ide-dua-anak-cukup-dari-era-sukarno-sampai-soeharto-ecJj

Nintyasari, D., & Kumalasari, N. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur (Wus) Dalam Pemilihan Kontrasepsi Hormunal Di Desa Batursari Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Jurnal Kebidanan, 3(1), 8-13.

Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R., & Roy, C. S. (2017). Communication between cultures. Nelson Education.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun