Mohon tunggu...
Hyasint Asalang
Hyasint Asalang Mohon Tunggu... Human Resources - Pergo et Perago

Bisnis itu harus menyenangkan!!!!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Honorer: Kebohongan Publik

26 Agustus 2021   23:37 Diperbarui: 26 Agustus 2021   23:37 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

Pertanyaan Tanpa Jawaban Pasti

Berbagai pertanyaan tentunya melayang-layang tentang para guru honorer di Tanah Air:

Apa rasanya menjadi guru honorer dengan gaji yang sangat di bawah standar? Apakah cukup dengan uang yang ada dapat memenuhi kebutuhan biologis setiap hari? Membayar listrik, pulsa dan bensin saja uang tersebut tidak akan cukup. Lantas bagaimana akan berpikir untuk menyekolahkan anak, membuat rumah atau jika tiba-tiba sakit, bagaimana mereka akan berobat? Apakah rumah sakit juga akan ikhlas melayani sama seperti guru honorer juga sudah ikhlas melayani, meski tidak membayar iuran BPJS?

Jika demikian, apa yang membuat guru honorer bertahan dan tetap bekerja, padahal gaji dan honor mereka sangat kecil? Mungkin salah satu indikasi hanyalah karena harapan akan diangkat jadi pegawai negeri di kemudian hari. Harapan suatu saat akan bekerja setengah hari dan mendapatkan gaji PNS. Atau memang banyak di antara para guru honorer yang tidak berani keluar dari zona nyaman? Keengganan untuk keluar karena mereka selalu dipuji-puji tugas mulia walaupun gaji kecil menjadikan mereka akan berputar dalam lingkaran zona nyaman yang menyengsarakan. Pada akhirnya mereka menyamankan diri dalam keadaan yang kurang nyaman. Mereka melihat tidak ada salahnya menjadi honorer karena banyak sekali rekan sejawat mereka yang mempunyai nasib yang sama.

Selanjutnya mengenai jam kerja yang didapatkan guru honorer sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa banyak guru PNS yang memanfaatkan guru honorer. Apalagi jika mereka dianggap masih muda, mempunyai hardskill dan softskill yang mumpuni. Meski beban kerja yang dialami guru honorer tidak sebanding dengan gaji yang diperoleh, mereka pun akan mengalami dilema. Mau menolak sungkan. Serba salah juga jika mau menunjukkan hardskill dan softskill yang dimiliki. Inginnya mengembangkan diri, tapi ujung-ujungnya bisa jadi dieksploitasi.

Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, muncullah ocehan yang mengatakan bahwa "kalau mau kaya, jangan jadi guru honorer!". Seolah-olah absurd sekali rasanya ketika guru berbicara uang ataupun nominal gaji. Seolah-olah menjadi guru tidak boleh kaya dan sejahtera! 

Ini bukan lagi soal bangga menjadi guru honorer, yang dipuji punya kemampuan mumpuni, tapi soal kejelasan untuk menentukan jalan terbaik bagi guru honorer!

Quo Vadis Guru Honorer?

Menjadi guru adalah pekerjaan mulia. Tapi menjadi guru honorer adalah pekerjaan tanpa status,  yang hanya bisa dijalani oleh orang-orang yang dipenuhi harapan. Harapan itu berbahaya. Sewaktu-waktu dapat meledak jika tidak dijinakkan.

Jika demikian, mau dibawa ke arah mana para guru honorer yang telah berjuang selama bertahun-tahun? Akan sangat tidak pantas jika status mereka disepelekan begitu saja. Mereka tidak perlu menunggu sekali dalam setahun untuk menentukan nasib mereka lewat tes CPNS! Mereka juga tidak perlu berjuang mati-matian demi gaji kecil yang tidak terbayarkan selama berbulan-bulan! Guru honorer bukan korban dari kebohongan publik para pemangku pemerintahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun