Mohon tunggu...
Husnul Yaqin
Husnul Yaqin Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa Hukum

Main musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesakitan Menuju Surga Tersembunyi

10 Agustus 2022   08:11 Diperbarui: 10 Agustus 2022   08:13 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indana Farah Sabatini

Matahari mulai mengerjapkan sinarnya, mengurangi rasa kedinginan yang menempel ditubuhku, dimana hal itu telah menjadi rutinitas sejak awal kutapakkan kaki di desa ini. suhu di desa ini berbeda jauh dengan suhu tempat tinggalku, membuatku harus memaksa diri untuk bisa menerima dan terbiasa. Kulihat jam menunjukkan pukul 06.00 keberanikan diri untuk mandi. Perihal keberaniaan bukan takut akan manusia atau hal mistis lainnya, melainkan keberaniaanku untuk mandi dengan air yang mungkin masuk dalam kategori suhu air es.

Hari ini aku dan kawan-kawan posko 58 akan berkunjung ke suatu tempat yang kudengar-dengar belum terjamah oleh banyak orang. Setelah selesai mandi, makan dan semua telah siap. Aku dan kawan-kawan posko 58 bersiap berangkat bersama bapak hariyanto selaku perangkat desa yang bersedia menemani kami. Perjalanan hari ini dipimpin oleh bapak hariyanto dan disusul oleh rombonganku dan kawan-kawan posko 58. Awal perjalanan yang sungguh menakjubkan dimana suguhan kanan kiri jalan yang terhampar sawah hijau juga petani yang sedang bekerja membuatku tersenyum melihat asrinya desa ini. Tepat memasuki dusun dawuhan jalan mulai terjal dan menanjak membuatku terpontang-panting diatas motor. Gas motor semakin kupacu searah dengan tanjakan yang semakin tinggi, hingga akhirnya motor yang ku kendarai mulai mengeluarkan asap dan bau gosong. Melihat hal itu kuberhentikan motor dan meminta pertolongan kepada kawan lainnya. Pak hariyanto mengomando untuk beristirahat di pintu masuk untuk mengistirahatkan badan dan juga motor.

Setelah dirasa cukup untuk beristirahat, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kanan kiri hamparan sawah kini berganti dengan kebun kopi dengan wangi bunganya yang menusuk indra penciumanku. Pun jalannya tak kalah hebat dengan jalan di dusun dawuhan tadi, malah justru semakin ekstrim dengan penggalan kebun kopi dan juga jurang yang membuat kami harus ekstra berhati-hati. 1 2 jam telah terlampaui namun tempat itu tak kunjung terlihat. Ada rasa menyerah serta rasa ingin putar arah untuk kembali dan mengakhiri perjalanan ini, namun juga ada rasa penasaran yang mungkin tinggal secuil namun begitu memenuhi pikiran jika tak ku buktikan desas desus yang kudengar.

Samar-samar terdengar bunyi deburan air, pertanda kami akan segera sampai. Pak hariyanto menyuruh untuk memarkir motor dan mengajak kami untuk berjalan kaki melewati kebun kopi menuju tempat itu. Dan sontak mataku tak berkedip untuk sekian detik karena rasa takjub akan kekuasaan Allah yang begitu indah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun