Mohon tunggu...
Anshor Kombor
Anshor Kombor Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang terus belajar

Menulis menulis dan menulis hehehe...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ibu Air Mata

10 November 2015   15:56 Diperbarui: 10 November 2015   16:06 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertemuan terakhir, saat Pras pulang bertugas membantu perlawanan terhadap pasukan Londo, empat purnama lalu. Itu pun ndak ubahnya berpamitan. Walau begitu, hati Ambami bahagia untuk melepas rindu. Usai terpisah sekian lama, antara tanah Mataram dan daratan paling barat pulau yang disebut oleh Bastian Tito ”Pulau Seribu Kematian” di era pascakemerdekaan.

”Honey... Mengapa kau menungguku dalam kontemplasi begini? Kau bisa sakit nanti, di tengah deraan terik mentari, hujan, angin serta cipratan ombak. Selama entah kapan aku akan datang” sapa Pras.

”Jangan khawatir, sayang. Semua itu ndak akan kuasa menyakitiku. Kau tahu? Penantian ini medan laga bagiku. Layaknya arena juangmu mengusir penjajah di sana. Dan aku sangat menikmatinya” balas Ambami berbinar-binar.

”Tapi, lihatlah, tetesan airmatamu telah membuat cerukan di tanah dan mulai menggenang” tunjuk Pras dengan dada bergetar.

”Airmataku hanyalah senjata sekaligus benteng, untuk menghalau segala serbuan yang hendak meluluh-lantakkan singgasana kesetiaanku” sahut Ambami. Sejak itu, syahdan keduanya tetap terpisah hingga sekarang.

Ilustrasi: Sciencefly [FF150] D'n Ans Hoki - 72

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun