Mohon tunggu...
Hurriyatuddaraini
Hurriyatuddaraini Mohon Tunggu... Lainnya - Bersama keluarga

Menulis untuk kesehatan jiwa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maaf, Aku Menolakmu!

3 Januari 2021   11:43 Diperbarui: 3 Januari 2021   12:03 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Kalian sakit, karena kurang piknik." Begitu ucap suamiku pagi itu.

Mendadak aku semringah. Bisa jadi itu kode, kalau ia akan mengajak kami jalan-jalan.

"Masyaallah, Bang. Paham banget sih," balasku mencubit perutnya yang sedikit buncit itu. Ia nampak meringis.

"Ya udah cepat berkemas," sambung suamiku lagi.

Tuh, benarkan? Mungkin ia sudah bosan mendengar aku mengeluh badanku sakit setiap hari.  Maka hari ini ia bermaksud membawa kami jalan-jalan.  

Tanpa menunggu lama, aku dan anak-anak segera berkemas. Semangat yang tadi sempat menguap entah ke mana, kini kembali lagi dengan semangat membara.

Setelah semuanya siap, kami pun segera berangkat, jadilah seharian itu kami singgah dari satu tempat ke tempat lain. Menyelesaikan urusan yang selama ini tertunda, ataupun bersilaturahmi ke tempat saudara yang telah lama direncanakan.  

Yups ... belakangan kami memang jarang bepergian ke luar kota. Hampir setahun ini kami tidak lagi mempunyai kendaraan roda empat. Padahal mobilitas kami di jalanan, sangatlah tinggi. Maklum kami LDR lebih dari lima tahun.

Maka, pada libur semester ini, aku dan anak-anak memilih menghabiskan waktu liburan di kota tempat suami bekerja. Salah satu quality time ala kami dalam merawat cinta.

Di tengah mobilitas perjalanan yang tinggi, tambah lagi sekarang, anak pertamaku masuk sekolah berasrama yang jarak tempuhnya, sekitar tiga jam perjalanan dari tempat kami tinggal. Berada di tengah-tengah aku dan suami menetap. Jadi dapat dibayangkan bagaimana vitalnya kebutuhan roda empat bagi kami. Namun, mengingat ada tiga dapur yang harus dipenuhi setiap bulannya, maka untuk sementara kami pun harus menunda keinginan itu terlebih dahulu.

Berkali-kali tergoda meminjam uang di bank kembali, tetapi sejauh ini masih bisa menahan diri. Karena mengingat alasan itu pula, yang membuat kami melepas kendaraan terdahulu, yaitu untuk memutus mata rantai rezeki yang bersifat ribawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun