Mohon tunggu...
Farhan Haidar Rahmatian
Farhan Haidar Rahmatian Mohon Tunggu... Freelancer - Amateur

Khoirunnasi anfa'uhum linnasi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Halal, Perlukah Diterapkan di Bali?

5 Maret 2019   10:45 Diperbarui: 6 Maret 2019   10:19 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negara berkembang lainnya yang juga tertarik untuk menarik wisatawan Muslim adalah Jepang. Negara Sakura ini sadar akan besarnya potensi pasar wisatawan Muslim namun belum sepenuhnya bisa menerapkan konsep halal.

Di Jepang lebih dikenal dengan sebutan Muslim-Friendly yang mana restoran dengan label ini tidak menjual daging babi dan alkohol. Ini bukan halal namun cukup menarik wisatawan Muslim, hal ini juga dikarenakan minimnya pengetahuan para pemangku kebijakan di negara ini terhadap konsep halal dalam Islam.

Ke depannya dipastikan negara ini benar-benar akan menerapkan konsep halal dalam beberapa gaya hidupnya khususnya di sektor pariwisata, apalagi tren pariwisata saat ini terus berkembang dan kepedulian wisatawan muslim terhadap produk halal meningkat.

Bagaimana jika wisata halal diterapkan di Bali?

Kemungkinan penerapan wisata halal di Bali sangat kecil, melihat mayoritas penduduknya beragama Hindu dan persepsi halal bagi mereka juga berbeda. Namun jika memang wisata halal ingin diterapkan di Bali, apakah bisa? Ya sangat bisa.

Wisata itu butuh segmentasi dan wisata halal merupakan salah satu upaya untuk segmentasi pasar tersebut. Kita bisa mengambil contoh Banyuwangi yang juga dalam dua tahun terakhir ini menerapkan konsep wisata halal. Kepala daerahnya mewajibkan para penyedia jasa wisata seperti hotel dan restoran bersertifikasi halal untuk produk makanannya dan harus menyediakan musholla.

Selain itu, salah satu pantai disana dijadikan pantai berkonsep halal dengan memisahkan tamu laki-laki dan perempuan. Jika tidak pun pantai-pantai disana diwajibkan untuk menyediakan Musholla. Hal ini bisa saja diterapkan di Bali tanpa mengurangi dan menghilangkan wisata-wisata yang sudah ada.

Jika pemerintah daerah Bali dan elemen masyarakat menyetujui sehingga menginginkan penerapan wisata halal disana, mereka bisa mencari tempat atau destinasi wisata yang sedikit peminatnya. Contoh saja satu pantai dan sekitarnya yang sangat sepi pengunjung mereka jadikan kawasan wisata halal. Dengan ini kawasan ini benar-benar diterapkan konsep wisata halal dari makanan yang bersertifikasi halal, penyediaan tempat shalat, hingga mungkin pemisahan antara tamu laki-laki dan perempuan. 

Apakah akan menghilangkan wisata yang sebelumnya sudah ada? Sama sekali tidak. Justru Bali menambah segmentasi pasar mereka. Selain dikunjungi oleh wisatawan dari pasar-pasar yang sebelumnya sudah ada, Bali akan dikunjungi oleh wisatawan Muslim yang khawatir akan makanan tidak halal dan yang tidak sesuai agamanya saat mengunjungi Bali.

Kawasan wisata yang sebelumnya sepi bisa menjadi ramai, masyarakat sekitar mendapatkan dampak positifnya dari ekonomi dan Para penyedia jasa di Bali pun akan merekomendasikan tamu Muslim yang ingin berwisata dengan konsep halal di Bali ke kawasan ini. Maka dengan ini segmentasi pasar di Bali meluas dan menjangkau semua kalangan.

Perlukah wisata halal diterapkan di Bali?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun