Karena suaminya tidak kembali pulang pada malam hari (ketika suaminya) bermalam di hutan, istrinya sangat gelisah, mungkin suaminya telah diterkam harimau atau diseruduk oleh gajah atau dipagut ular berbisa. Istrinya sangat khawatir semalam suntuk juga tidak bisa tidur. Karena sangat khawatir, iapun tidak makan dan tidak minnum sepanjang siang dan malam menunggu penuh kecemasan (33,16-24).
Saking tidak sabarnya, sang istripun pergi ke tengah hutan untuk mencari suaminya dan ditemukan suaminya itu sedang memancing di seberang sungai. Ditinggalkannya bekal yang ia bawa, istrinya langsung saja menyebrangi sungai untuk menemui suaminya, demikian pula suaminya melakukan hal yang sama karena takut istrinya hanyut. Keduanya selamat menuju ke tepi sungai dan melakukan pemujaan bersama (sebagai rasa syukur). Setelah dilihat bekal makanan yang ditinggalkan, ternyata bekalnya itu telah dimakan habis oleh anjing buruannya. istrinya sangat marah, namun Candha tenang sekali menghadapi peristiwa itu, dan menasehati istrinya untuk tenang dan bersyukur kepada Tuhan Yang Mahaesa serta memberi tahukan tentang Kebenaran (33,25-27).
Saat suami istri itu terpekur, memuja keagungan Tuhan Yang Mahaesa, datanglah utusan dewa Shiva dari sorga. Vìrabhadra, komandan pasukan dewa Shiva tidak mengerti mengapa ia diperintahkan untuk menjemput suami istri pemburu ini. Dewa Shiva menjelaskan bahwa pada saat itu adalah hari yang sangat mulia, yaitu Shivaratri dan beliau sangat senang terhadap pemujaan kepada Lingga itu, walaupun tidak sengaja dan tidak terpikirkan oleh kedua orang itu. Kemudian Candha dan istrinya diperintahkan untuk naik dikendaraan dewata yang telah disiapkan diikuti oleh para Apsara, Gandharva dan Vidyādhara dan iringan gamelan sorga (33.38-64)
Mahārsi Lomasa menjelaskan pula tentang asal terjadinya hari Shivarātri pada awal penciptaan dahulu dengan perputaran Roda Waktu, yang berakhir dengan Tithi (hari-hari bulan) dan Tuhan Yang Mahaesa (Shiva) menganugrahkan brata utama itu. Lomaúa juga menjelaskan tentang raja-raja pemabuk dan jahat seperti Vicitravìrya, Māndhatå, Dhundhunmāri, Hariscandradaya yang semuanya juga melakukan brata Shivarātri, mereka memperoleh keselamatan (33,65-101, Teeuw, l969 : 168).
4. Agni Purana
Di dalam Agni Purana, Adhyāya 193,dinyatakan tentang pelaksanaan Shivarātri Vrata yang merupakan wejangan suci dari Sang Hyang Agni, sebagai berikut :
"Dengarlah ! Saya akan menjelaskan brata dari Hyang Shiva yang menganugrahkan kebahagiaan dan kebebasan. Hari ke-14 pada paro petang di bulan Magha (Januari-Februari) atau Phalguna (Februari-Maret), hari yang sangat diberkahi untuk kebahagiaan. Seseorang yang ingin mengikuti brata ini hendaknya melakukan puasa dan melek semalam suntuk dengan ketetapan hati menyatakan :
"Saya akan melakukan brata Shivarātri pada hari ini", dan memuja Sang Hyang Shiva pada akhir brata. "Saya memuja Sang Hyang Shiva (Sambhu), yang akan menganugrahkan kebahagiaan dan kebebasan dan dengan perahu berkah-Nya menyelamatkan kami dari neraka, hamba senantiasa memuja-Mu, Om sang Hyang Shiva, Tuhan Yang Mahaesa, Engkau Yang Mahadamai menganugrahkan keberuntungan, kesehatan, pengetahuan, kesejahtraan material dan jalan menuju sorga. Ya Tuhan Yang Mahaesa, anugrahkanlah kepada kami kegembiraan dan kebahagiaan yang sejati dan kemashuran. Anugrahkan pula sorga dan Moksa". Dengan melakukan brata yang utama ini seorang penjahat bernama Sunadaraena memperoleh kebahagiaan yang tiada taranya (Gangadharan, Vol.28,Part II, 1985 : 517).
5. Padma Purana
Di dalam Uttarakandha, Padma Purana diceritrakan mahārri Vasistha sedang menjelaskan tentang keutamaan Brata Shivarātri kepada mahārāja Dilìpa, dengan menceritrakan tentang seorang yang hina (Candala) bernama Nisāda, yang ceritranya sangat dekat dengan kisah Lubhdaka dalam kakawin berbahasa Jawa Kuno Shivarātrikalpa, karya Mpu Tanakung. Mengingat ceritranya sangat dekat, penulis tidak menyampaikan hal tersebut lebih jauh (Teeuw, 169).
Demikian sepintas sumber-sumber kitab-kitab Purana tentang Shivaratri yang dapat kami jumpai, namun demikian sumber-sumber lainnya yang bersifat Tantrik, Shivarātri adalah Kālarātri, di samping juga Mahārātri dan Moharātri (Shastri, Shiva Purana, Vol.1, Part I, p.261). Sumber lainnya adalah Rājataramgini (Monier, 1993 : 1075), Kannas sa Rāmāyana (Vettam Mani,1989 : 731), Mahabharata / Santiparva (Sivananda, 1991 : 142) dan lain-lain.
B. Perbedaan bulan hari Shivaratri