Mohon tunggu...
Hudriyanto
Hudriyanto Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dengan menulis manusia dapat mengekalkan dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menumbuhkan Kesadaran Politik pada Zaman Modern, Relevankah?

28 Juli 2021   00:08 Diperbarui: 25 Agustus 2021   10:21 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Hudriyanto

Tumbuhnya kesadaran adalah awal menetasnya kepompong menjadi kupu-kupu, hidup dalam kegelapan dan kesempitan hingga akhirnya melantungkan bait- bait kemerdekaan, mengepak kedua sayap terbang menebar semerbak pada dunia. (Hudriyanto)

----------------------

Berbicara tentang politik maka yang tergambar di benak sebagian kita adalah anggapan bahwa politik adalah perbuatan dan aktifitas kotor, menjijikkan dan menjauhkan martabat manusia dari kesucian. Inilah yang terpatri dikepala kita ketika sampai pada pembahasan politik. Tidak sepenuhnya salah, mungkin barangkali asumsi ini sebagai manifestasi dari realitas buruk yang berkembang di tengah masyrakat, dimana politik dijadikan ajang perebutan kekuasaan dan cara untuk memperkaya pribadi dan keluarga, jadilah ia sebagai political games.

Wajar saja jika kemudian asumsi ini terus berkembang di masyarakat, pasalnya politik yang mereka saksikan adalah politik perebutan hidangan kekuasaan. Politik diidentikkan dengan tipu daya dan dan lebel-lebel buruk lainnya.

Dalam politik yang kita saksikan saat ini, dimana pertengkaran seringkali terjadi antara politisi, bahkan baru-baru tersebar di media sosial sebuah video yang memperlihatkan para politisi saling melempar kursi dalam forum yang mereka sebut dengan forum diskusi, lempar sana lempar sini, rakyat dibuat bingung. Itulah sederet fakta buruk yang terjadi dewasa ini, politik dijadikan kambing hitam untuk mencapai tujuan jahat dalam mendongkrak popularitas dan ketenaran di masyarakat.

Ditengah situasi seperti, tugas umat Islam seharusnya mampu memberikan gambaran yang mulia kepada rakyat, termasuk kepada para pejabat negeri ini, bahwa politik bukankah sesuatu aktifitas kotor. Politik bukan tentang perebutan kursi dan kekuasaan, tapi tentang pendistribusian kesejahteraan masyarakat. Umat Islam harus senantiasa bisa menguraikan secara tepat dengan akurasi memadai kepada mereka yang anti dengan politik, bahwa politik adalah aktifitas yang menjadi tujuan risalah para Nabi dan Rasul.

Kesadaran politik akan kita jadikan sebagai sudut pandang yang khas (wijhatu an-nadhr) untuk melihat problem-problem yang terjadi di masyarakat serta melihat persoalan berdasarkan sudut pandang Islam, bukan yang lain. Kesadaran politik juga yang akan membangun tarap kepekaan terhadap makar yang dibuat oleh musuh-musuh untuk membinasakan Islam serta kemampuan untuk mengindra dan memberikan pisau analisis dengan menjadikan aqidah Islam sebagai dasar dalam menguliti persoalan.

Politik atau siyasah mempunyai makna mengatur urusan umat, baik dalam negeri maupun luar negeri. Politik dilakukan oleh negara (pemerintah) dengan umat. Negara adalah institusi yang mengatur urusan tersebut secara praktis, sedangkan rakyat mengoreksi (muhasabah) pemerintah dalam melakukan tugasnya.

Secara bahasa politik (siyasah) berasal dari kata, sasa, yasusu, siyasatan, yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Pengarang kamus al-Muhith mengatakan bahwa sustu ar-ra'iyata siyasatan berarti memerintahnya dan melarangnya. Definisi ini juga dapat diambil dari hadis-hadis yang menunjukkan aktivitas penguasa, kewajiban untuk mengoreksi, serta pentingnya mengurus kepentingan kaum muslimin. Rasulullah Saw bersabda:

Seseorang yang ditetapkan oleh allah (dalam kedudukan) mengurus kepentingan umat, dan dia tidak memberikan nasehat kepada mereka (umat) dia tidak akan mencium baunya syurga. (HR- Bukhori dari ma'qil bin Yasar)

Rasulullah juga bersabda.

Seseorang yang memimpin kaum muslimin dan dia mati, sedangkan dia menipu mereka (umat) maka allah haramkan ia masuk kedalam syurga. (HR- bukhori dan Muslim dari ma'qil bin yasar ra, lafadz bagi bukhori)

Akan ada amir (penguasa) maka kalian (ada yang) mengikuti perbuatannya dan (ada yang) mengingkarinya. Siapa saja yang mengikuti perbuatannya, (karena tidak bertentangan dengan hukum syara') maka dia tidak diminta tanggung jawabnya, dan siapa yang mengingkari perbuatanya maka dia akan selamat. Tetapi siapa saja yang ridha (dengan perbuatannya yang bertentangan dengan hukum syara') dan mengikutinya (maka dia berdosa) para sahabat bertanya, apakah kita tidak memerangi mereka? Beliau saw menjawab: Tidak selama mereka menegakkan sholat (hukum-hukum Islam). (HR- Hakim dan al-Khathib dari Huzaifah)

Siapa yang bangun dipagi hari dan perhatiannya kepada selain Allah, maka ia tidak akan berurusan dengan allah. Dan barang siapa yang bangun dan tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka (kaum muslimin) (HR-Hakim dan al-Khathib dari Huzaifah)

Kesadaran terhadap berbagai kondisi politik, posisi internasioanal, atau peristiwa politik bukanlah kesadaran politik. Sebab kesadaran terhadap berbagai kondisi, posisi internasional, atau peristiwa politik tersebut untuk di telaah. Sementara kesadaran politik merupakan aktivitas seseorang menelaah semuanya tadi untuk mengurus urusannya.

Kesadaran politik juga merupakan pandangan terhadap dunia dari perspektif tertentu. Pandangan dunia yang tidak dibangun berdasarkan perpektif tertentu bisa dianggap dangkal, dan bukan merupakan bentuk kesadaran politik. Pandangan terhadap area domestik saja merupakan bentuk ketololan, dan bukan bentuk kesadaran politik.

 Kesadaran terhadap politik tidak akan sempurna, kecuali dipenuhi dua syarat, 

Pertama adanya pandangan yang universal, yang tidak terbatas pada negeri-ngeri tertentu. Dalam pradigma ini kita tidak boleh melihat permasalahan melui sudut pandang regional semata, namun harus dilihat dengan kacamata global. Sebagai sebuah contoh sederhananya, kunjungan presiden Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu, Barak Obama datang dengan wajah yang ramah dan terkesan sangat mengidolakan Indonesia, saat mengenang masa kecil waktu ketika masih menghirup udara paru-paru dunia, Indonesia.

Dibalik semua ini, siapa saja yang memliki kesadaran politik tentunya ia tidak akan tertipu dengan tampilan retoris presiden Amerika, mereka akan melihat secara menyeluruh bahwa Obama sebagai kepala negara kapitalis telah terbukti menggunakan imperialisme untuk mempertahankan ideologinya dari serangan musuh-musuhnya.

Lihatlah bagaimana Amerika menggunakan bom atom dan senjata pemusnahan massal yang bertentangan dengan HAM, berapa juta rakyat Irak harus kehilngan nyawanya akibat dari biadabnya negara penjajah ini, mereka ikut campur dalam komplik di Korea tahun 1950-1953 hingga negara itu terbagi menjadi dua: utara dan selatan. Belum lagi kebiadaban yang mereka lakukan dengan mendukung Yahudi-Israil di Palestina secara penuh.

Semua gambaran manis dan mempesona Amerika di Indonesia harus dilihat dari kebijakan politik luar negerinya diseluruh dunia. Lalu apa yang menjadi fikrah dan tariqoh dari masing-masing negara pengemban ideologi sosialisme, kapitalisme, dan Islam? 

Fikrah dari negara penganut sosialisme adalah menyebarkan sosialisme keseluruh dunia dengan berpijak kepada motede yang tetap tidak berubah, meskipun terjadi pergantian pucuk pimpinan di negara tersebut dan komplik masyarakat. Dengan kata lain, tariqohnya adalah dengan mewujudkan perjuangan kelas, yang terjadi antar berbagai golongan di dalam masyarakat, sebagai jalan untuk melahirkan masyarakat sosialisme. Sedangkan tariqoh untuk mewujudkan fikrah tersebut adalah dengan mewujudkan berbagai kontradiksi.

 Yang dimaksud dengan fikrah politik luar negeri, adalah ide dasar yang menjadi asas suatu negara dalam membangun interaksinya dengan negara lain.

Sedangkan tariqoh politik luar negeri adalah metode operasional yang ditempuh oleh suatu negara untuk menerapkan fikrahnya dalam politik luar negeri. Khithah siyasiyah (garis besar politik) adalah suatu strategi umum (syiyasah ammah) yang dirancang untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang ditentukan oleh fikrah atau tariqoh. Sedangkan uslub siyasi (taktik atau strategi politik) adalah strategi khusus mengenai satu bagian dari strategi umum, yang akan membantu mewujudkan atau memantapkan garis besar politik (khithah siyasiyah)

 Fikrah dan tariqoh bersipat tetap dan tidak berubah, walaupun terjadi perubahan dan pergantian para pemimpin politik yang memimpin suatu negara. Sedangkan khitathah siyasiyah dan uslub siyasi bersipat tidak tetap dan dapat berubah sesuai tuntutan kebutuhan dan keadaan. Namun demikian khiatath siyasiyah relatif lebih tetap dibandingkan dengan uslub siyasi. Artinya, walaupun keduanya dapat berubah, perubahan khittah siyasiyah lebih sedikit daripada uslub siyasi.

 Pembahasan fikrah dan tariqoh politik luar negeri hanya berlaku untuk negara-negara yang menganut ideologi tertentu, seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis sebagai pengemban ideologi kapitalisme, Rusia dengan sosialismenya, dan negara khilafah Islamiyah yang mengemban ideologi Islam. 

Sedangkan negara-negara yang tidak membawa misi ideologi tertentu, seperti Malaysia misalnya, dianggap tidak mempunyai fikrah dan tariqoh dalam politik luar negerinya. Negara ini hanya perlu dipahami aspek khittah siyasiyah dan uslub siyasinya.

Fikrah negara penganut kapitalisme adalah menyebarkan kapitalisme yang berpangkal pada ide pemisahan agama dari kehidupa keseluruh dunia, termasuk ide-ide yang dihasilkan dari sekularisme, seperti demokrasi, kebebasan (liberalisme), pluralisme, sinkretisme dan tariqahnya dilakukan melalui penjajahan (imperialisme), yaitu bisa melalui pemaksaan dominasi militer, bisa juga melalui dominasi politik, budaya, dan ekonomi.

Sedangkan fikrah negara pengemban ideologi Islam adalah menyebarkan ideologi Islam atau dengan kata lain, mengemban dakwah Islam keseluruh dunia.  Sedangkan Thoriqohnya adalah melalui aktifitas jihad fi sabilillah

 Kedua. Pandangan tersebut harus bertolak dari sudut pandang yang khas, dari manapun asalnya sudut pandang tersebut, baik itu mabda/ideologi ataupun ide-ide tertentu. 

Karenanya patut untuk dimengerti bahwa kesadaran politik bukanlah hanya pada tataran penumbuhan kesadaran situasi politik, posisi politik atau peristiwa-peristiwa politik, tapi yang menjadi sorotan utamanya adalah memandang semua itu berdasarkan ideologi yang diyakininya, jika ia seorang muslim maka ia harus menggunakan ideologi Islam sebagai pandangannya.

 Kesadaran politik seperti ini menjadi baku walaupun bisa berkembang ke semua arah, namun dia akan tetap mengerucut pada tujuan tertentu, maka dapat dipastikan bahwa kesadaran ini akan menjadi darah daging bawaan umat bukan hanya pada fardiyah, tapi pada level universality. 

Maka dalam pradigmatik ideologi yang lahir dari aqidah Islam dapat diyakini dengan sepenuhnya, bahwa peristiwa politik akan selalu dikaitkan dengan Islam, dalam penyelesaain masalah akan selalu merujuk pada cara Islam memberikan trik dan panduan. Dalam kesadaran politik Islam inilah semua permasalahan akan dihukumi dengan Islam sebagai sebuah pandangan yang khas.

 Dengan keuniversalan pandangan khas ini, politik kita semakin jelas, visi misi kitapun tampak perbedaannya dengan negara-negara penjajah, kita bisa melihat dengan menyeluruh bahwa Amerika sebagai sebuah negara adidaya bersetatus sebagai negara muhariban fi'lan negara kafir yang dengan jelas memerangi kaum muslimin. Hanya ada satu sikap kita terhadap negara-negara yang memerangi kaum muslimin yaitu dengan perang, bukan dengan jalan perdamaian dan diplomasi, sampai negara itu menghentikan genosida terhadap negara yang mereka jajah.

Muhammad Ismail dalam bukunya menyimpulkan cerminan kesadaran politik umat akan tampak dari tiga perkara yang tak dapat dipisahkan.

Pertama adanya perhatian terhadap kepentingan umat dengan perhatian yang sempurna, dan merupakan tindakan yang muncul dengan sendirinya. Sehingga seseorang Muslim dalam doanya memohon, Ya Allah, berikanlah rahmat (karunia)-Mu kepada umat Islam. Sebagaimana ia berdoa buat dirinya sendiri, Ya Allah berikanlah rahmat (karunia)-Mu kepadaku. Kepeduliaanya terhadap umat Islam akan tampak dalam perkataanya seperti, apakah tentara Islam mendapat kemenangan? Sebelum dia menanyakan anaknya yang ada diantara tentara itu. (Selamat atau gugur)

Kedua adanya kesatuan pandangan dan kedisiplinan terhadap hal-hal yang harus dilawan atau dimusnahkan, juga terhadap hal-hal yang wajib dibangun atau ditumbuh kembangkan baik berupa pemikiran, aktivitas atau sosok pribadi manusia.

Ketiga dijadikan ketaatan sebagai watak, dan sikap penolakan terhadap perintah untuk melakukan perbuatan keji yang menjijikkan dan dibenci. Tunduk kepada musuh bertentangan dengan sikap ketaatan. Demikianlah juga melawan penyimpangan (yang dilakukan oleh penguasa), bukanlah pembangkangan. Tetapi ketaatan adalah melaksanakan perintah orang yang berhak untuk ditaati dengan penuh ketundukkan, kerelaan dan ketenangan. Sedangkan pembangkangan adalah kebalikan dari semua tadi.

Allahu A'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun