Mohon tunggu...
Imam Syamsul Huda
Imam Syamsul Huda Mohon Tunggu... -

Makhluk sisa-sisa feodalisme, terlahir dari kaum proletar yang terus bermimpi tentang arti "merdeka" secara utuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penjual Cinta Tanpa Pernah Merasakan Cinta

15 Maret 2015   22:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:36 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14264338931266105568

[caption id="attachment_355613" align="aligncenter" width="624" caption="www.lintas.me"][/caption]

-

-

Diam, sepi, sunyi disudut malam

Terlihat barisan wanita modis berjejer dibawah lentera sang bulan

Duduk bersila sambil berdandan

Sorot mata penuh kepalsuan

Terlihat pula barisan lelaki mengacungkan tangan

Ajukan tanya tanda sebuah penawaran

-

Lonthe, begitu mereka memanggilmu

Wanita murahan, begitu mereka menghinamu

Cibirannya, hinaannya Engkau anggap lalu

Entah mengapa mereka memanggil begitu

Entah apa profesimu

Penjual cinta tanpa pernah merasakan cinta

-

Engkau terbang tatkala tengah malam tiba

Disaat orang tidur terlelap dalam singgasana

Bintang-bintang berhamburan di angkasa

Rembulan pecah menyeruak memberikan pancaran

Dan Engkau berada dalam remang-remang minim cahaya

-

Suara desahmu menggeliat diantara keheningan malam

Menjajakan diri ditengah rumpun kumbang

Diiringi tanggan penggoda dan tepuk bersahutan

Berjalan gemulai kepada mereka yang datang

Lantas, apa yang sedang Engkau kerjakan

-

Di lorong kegelapan Engkau terlihat manis

Ditambah aroma serta wajah yang menawan

Suara manjamu membuat mereka kecanduan

Lima menit, sepuluh menit, bahkan satu jamEngkau layani

Hanya karena rupiah kah Engkau menjadi seperti ini?

Dan Engkau terjerembab jatuh dalam dunia ini

-

Dikala malam sunyi berganti dengan pagi

Kecerahan duniawi terlihat kembali

Di sudut-sudut kegelapan tak nampak lagi

Barisan penjaja yang menawarkan diri

Senyum ceriamu merekah kembali

Dan ... Engkau kembali menjadi wanita murni

-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun