Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Kemudahan Itu Bernama Jaringan Prima

24 Juli 2019   23:46 Diperbarui: 24 Juli 2019   23:58 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berjumpa dengan Nenek Amina (foto : Mas Eko)

Pertemuan saya dengan Nenek Amina Sabtu hanya sebentar sebelum melihat Paji Nyili Nyili dan Ake Dango, sebuah upacara adat menyambut Hari Jadi Tidore. Tak sampai setengah jam saya dan rombongan bertandang ke rumahnya di Tidore. Kami tidak banyak bercakap. Semua terkesima mengelilingi Nenek Amina yang juga sedang melihat kami satu persatu sambil kami berjabat tangan dengan beliau. 

Dikelilingi cucu dan cicitnya, Nenek Amina masih memiliki penglihatan tajam dan suara tegas. Saya tidak mengira kalau saya berada di dalam rumah penjahit bendera Merah Putih pertama yang berkibar di Indonesia Timur, 1946.

Ini akan menjadi perjumpaan lifetime moment dalam perjalanan kami di Tidore. Malam itu Tidore cuaca yang tak lazim, dingin. Rombongan kami menggunakan mobil oranye bak terbuka menumpang ke rumah Nenek Amina.

Nenek Amina Sabtu, Fatmawati-nya Tidore. (foto : Mas Eko)
Nenek Amina Sabtu, Fatmawati-nya Tidore. (foto : Mas Eko)
Mungkin tak ada yang mengenal siapa Nenek Amina. Memang sosok yang berjasa sering terlupakan atau memang karena beda generasi. Saya sendiri baru tahu ketika diceritakan oleh Kak Ita, orang Tidore yang mengajak saya untuk berkenalan lebih dekat dengan Tidore termasuk mengenalkan Nenek Amina. Peran Nenek Amina saat kemerdekaan Indonesia menjadi saksi hidup sekaligus figur penting pada 18 Agustus 1946 di Tanjung Mareku, Pulau Tidore bersama sepupunya, Abdullah Kadir.

Kalau saya mengenal Ibu Fatmawati yang menjadi penjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan pada pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Maka boleh dibilang Nenek Amina merupakan Fatmawati dari Tidore.

KEBAIKAN JANGAN DITAHAN

Sepulangnya dari Tidore, kami sibuk dengan rutinitas masing-masing namun tetap terhubung lewat media sosial. Sekelebat saya membaca status dari Mas Eko yang menanyakan perihal hadiah apa kiranya yang layak diberikan pada seorang pahlawan terlupakan? Kalau berupa uang, berapa nilai yang pantas?" Demikian pertanyaan yang saya lempar melalui status Facebook.

Tak berselang lama, Mas Eko mengirimkan saya pesan singkat mengenai gagasan dia ingin memberikan sejumlah uang untuk Nenek Amina. Uang itu nantinya akan diberikan langsung pada saat Upacara 17 Agustus 2017.

Entah apa yang menggerakkan Mas Eko untuk kembali lagi ke Tidore dengan biayanya sendiri. Mengetahui niat baik seperti ini tentunya saya perlu didukung. Saat itu, Mas Eko juga memberikan halaman untuk orang bisa berdonasi lewat startup KitaBisa dengan target nominal 10 juta rupiah. Angka yang sebenarnya tidak cukup untuk apresiasi Nenek Amina, tapi daripada tidak?

Saya juga tergerak ikut membantu menyebarluaskan informasi penggalangan dana ini agar dalam waktu dekat dapat terkumpul dan Mas Eko bisa memberikan secara langsung uang tersebut untuk Nenek Amina. Beberapa kali sempat bertanya ke Mas Eko mengenai perkembangan uang yang terkumpul. Saya sendiri lebih memilih untuk berdonasi secara pribadi agar bisa menambah di luar donasi yang diharapkan.

Mesin ATM Jaringan Prima (dok : pribadi)
Mesin ATM Jaringan Prima (dok : pribadi)
"Mas, tunggu sebentar ya, aku nggak ketemu ATM terdekat. Soalnya aku lagi diluar kota," seruku sama Mas Eko lewat pesan pendek. Mas Eko sendiri sudah berada di Tidore untuk menghadiri acara Upacara Hari Kemerdekaan Indonesia. Ide Mas Eko yang berniat mengumpulkan dana untuk Nenek Amina membuat kami tergerak untuk ikut membantu.

"Kirim ke rekening Abdul saja ya, soalnya di Tidore baru ada mesin ATM bank BRI buat narik uangnya. Tapi kalau tidak bisa enggak apa-apa soalnya sudah malam kan." balas Mas Eko sambil memberikan nomor rekening Abdul yang merupakan putra daerah setempat. Saya melirik jarum jam di tangan, hampir pukul 11 malam dan besok pagi Mas Eko sudah harus menyerahkan uang donasi ke keluarga Nenek Aminah. Batinku berharap bisa segera menemukan mesin ATM terdekat.

"Mas Eko bisa kok tarik uang pakai ATM bank lain. Asal ada logo Prima di kartu dan mesin," jawabku memberikan solusi.

Saya segera mempercepat langkah kaki agar bisa menemukan mesin ATM sebab untuk internet banking saya tidak membawa token untuk validasi. Menemukan mesin ATM terdekat di tempat baru tentu tidak mudah, saya bertanya ke beberapa orang. Apalagi kalau mesin ATM nya terbatas jaringannya hanya untuk sesama bank. Setelah menemukan mesin atm, saya segera menekan nomor rekening milik Mas Eko dan mengirimkan sejumlah uang. 

"Semoga bisa membantu buat Nenek Amina, mas." pesan saya di akhir percakapan.

TERBANTU DENGAN ATM JARINGAN PRIMA

Jaringan Prima
Jaringan Prima

Kegiatan pengiriman uang atau dikenal juga dengan transfer merupakan salah satu kegiatan perbankan yang umum dilakukan oleh masyarakat sehari-hari. Beberapa tahun yang lalu ketika ingin mengirim uang lewat mesin ATM untuk bank yang berbeda cukup sulit dilakukan. Rata-rata, masing-masing bank hanya menyediakan layanan transfer yang dilakukan untuk nasabah yang memiliki rekening yang sama.

Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir pihak bank mencari solusi lewat bekerjasama dengan pihak bank lainnya untuk membuka akses transfer antar bank. Dengan memasukkan daftar kode bank masing-masing, proses transfer bisa dilakukan baik melalui fasilitas ATM atau mobile banking. Salah satunya memanfaatkan jaringan ATM Prima yang terdiri dari beberapa bank seperti BRI, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara (BTN), BNI, dan beberapa bank swasta seperti CIMB NIaga, Danamon, dan Bank Permata.

ATM Prima, salah satu produk dari Jaringan PRIMA ini menghubungkan transaksi finansial antar bank pada semua jaringan ATM di seluruh Indonesia. Saya yakin kalau ada kartu ATM yang tidak mungkin absen dari dompet. Namun pernahkah kamu memperhatikan logo-logo yang terdapat pada kartu ATM. Kebanyakan kartu ATM memiliki setidaknya dua logo berbeda pada tampilan kartu yang sebenarnya merupakan informasi mengenai jaringan ATM dan manfaat lebihnya yang menarik untuk disimak.

Saat ini jaringan ATM Prima merupakan salah satu jaringan interbank yang ada di Indonesia dengan jumlah yang banyak. Dipegang oleh PT Rintis Sejahtera, perseroan terbatas ini merupakan penyedia jasa komunikasi satelit. Bank-bank yang tergabung dalam jaringan ATM Prima antara lain BCA, Bank Mega, BRI, OCBC NISP, BNI, Bank Maspion, Bank Mandiri Syariah, CIMB Niaga, dan masih banyak lagi. Jadi seperti Mas Eko yang berada di Tidore dengan jaringan mesin ATM sedikit, namun selama masih memiliki jaringan ATM Prima tetap bisa digunakan untuk menarik uang tunai, cek saldo serta transfer antar bank secara online selama 24 jam melalui jaringan ATM tersebut.

Dengan semakin luas, kartu ATM Bank apapun yang berlogo PRIMA dapat melakukan berbagai macam transaksi. Transfer dana ke bank lain melalui ATM Prima diproses secara real time online. Artinya, dana yang ditransfer langsung diterima di rekening tujuan saat itu juga. Termasuk saldo uang yang saya kirimkan untuk berdonasi. Kita sebagai nasabah juga tidak perlu ragu untuk bertransaksi di jaringan ATM, cukup pastikan ada logo PRIMA di kartu ATM dan mesin ATM yang akan digunakan. 

Apalagi saat ini sudah ada lebih 80 bank yang tergabung di Jaringan PRIMA, dengan jumlah jaringan ATM lebih dari 120.000 jaringan ATM yang terkoneksi dengan Internet Banking, Mobile Banking dan channel digital lainnya di seluruh Indonesia. Kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan menjadi alasan nasabah memilih transfer melalui ATM.

Kemudahan transaksi saat ini hanya sentuhan jari membuat kita lebih mudah saat ingin melakukan amal baik. Seperti transaksi mengirim uang lewat ATM Prima kini lebih mudah dan praktis. Meskipun jaringan Prima ini dibuat agar lebih memudahkan untuk melakukan transfer antar bank, namun setiap transaksi tetap saja akan dikenakan biaya. Besarnya biaya rata-rata dikenakan biaya sebesar Rp6.500 saat transfer uang menuju bank milik pemerintah atau bank swasta. Sejumlah biaya tersebut tentu sebanding mengingat kemudahan dan kenyamanan yang bisa didapatkan nasabah dengan keberadaan ATM jaringan Prima yang bisa gunakan sepanjang waktu.

MENGENANG NENEK AMINA UNTUK TERAKHIR KALI

Saya mengingat cerita dari Kak Ita mengenai aksi berani Nenek Amina dan sepupunya, Abdullah Kadir pada saat beranikan diri mengibarkan bendera Merah Putih. Walau Indonesia sudah menyatakan proklamasi merdeka, ternyata Kerajaan Belanda masih menganggap proklamasi Soekarno-Hatta itu nihil. Tidak ada kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga daerah timur masih dianggap Hindia Timur punya Belanda. Bahkan arsip Belanda mencatat nama Hubertus Johannes van Mook sebagai Gubernur Jenderal Hindia Timur pada periode 1942-1948.

Dengan modal keberanian mengibarkan bendera merah putih dan mengucap "Merdeka!" tentunya membuat saat itu pengakuan bahwa Indonesia telah merdeka pada tahun 1946. Cukup besar pengorbanan yang telah dilakukan oleh Nenek Amina dan sepupunya saat itu.

Nenek Amina mendapat hadiah dan serah terima uang donasi (dok : mas Eko)
Nenek Amina mendapat hadiah dan serah terima uang donasi (dok : mas Eko)
Esok malam selepas acara pengibaran bendera di Hari Kemerdekaan Indonesia, Mas Eko mengirimkan gambar dirinya bersama Nenek Amina di kursi roda sedang memegang serah terima uang donasi yang telah terkumpul. Saya ikut merasa senang melihat aksi heroik yang dilakukan oleh Mas Eko.

Disaat krusial, kita harus bisa mengambil keputusan tanpa harus melihat banyak halaman. Terkadang berbuat baik memang tidak perlu menunggu melainkan tindakan. Ternyata dalam kesempatan yang sama, Jou Sultan Tidore juga menganugerahi piagam penghargaan dari Kesultanan Tidore. Inilah penghargaan pertama yang diterima Nenek Amina atas keberaniannya menjahit bendera bersejarah 72 tahun lalu.

Sayang, tepat setahun yang lalu, Nenek Amina akhirnya menutup usia. Namun saya bersyukur karena masih sempat berjumpa dengan Nenek Amina Sabtu, Fatmawati-nya Tidore.

Saya pun tersenyum bahagia, walau tahu saldo yang tertera di mesin ATM adalah sisa tabungan yang seharusnya disimpan, tapi tak ada hal yang lebih membuat bangga ketika melihat ada orang lain yang lebih membutuhkan. Kemudahan itu adalah ketika kita memudahkan jalan orang lain, pasti kita akan dibalas berkali lipat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun