Mohon tunggu...
Sotardugur Parreva
Sotardugur Parreva Mohon Tunggu... -

Leluhurku dari pesisir Danau Toba, Sumatera Utara. Istriku seorang perempuan. Aku ayah seorang putera dan seorang puteri. Kami bermukim di Jawa Barat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendalami Ilmu Agama Samawi Harus Plural?

13 Juli 2017   09:32 Diperbarui: 18 Juli 2017   15:59 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),ilmu ialah pengetahuan atau kepandaian (tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya).  Agama ialah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.  Samawi, bertalian dengan langit.  Agama samawi ialah agama yang bersumberkan wahyu Tuhan.  Ilmu Agama ialah pengetahuan tentang ajaran (sejarah dan sebagainya) agama; teologi.  Maka, mendalami ilmu agama samawi, idealnya, adalah mendalami pengetahuan tentang ajaran agama yang bersumberkan wahyu Tuhan.  Artinya, mencari pengetahuan mengenai agama samawi, termasuk mencari tahu tentang sejarah dari agama samawi tersebut.

Dengan demikian, tertangkap, betapa sulitnya mendalami ilmu agama samawi, karena secara garis besar, agama samawi ada tiga, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam.  Mendalami agama samawi berarti mendalami atau mencari tahu tentang agama Yahudi, Kristen, dan Islam.  Keterbatasan pengetahuan manusia sangat sulit memahami secara paripurna suatu agama, apalagi harus mendalami tiga agama sekaligus. Ketiga agama tersebut dipercaya oleh penganutnya sebagai agama yang bersumber pada wahyu Tuhan Yang Esa.  

Walaupun ketiga agama itu dipercaya bersumber dari Tuhan Yang Esa, namun adalah fakta, terdapat varian-varian pembeda pada ketiganya.  Mengingat ketiga agama samawi tersebut bersumber dari Tuhan Yang Esa, tetapi terdapat varian-varian pembeda pada ketiganya, patut diduga bahwa varian-varian terjadi karena beda interpretasi dari penganutnya.  Sebab, adalah mustahil jika sumber yang sama, hanya satu, Tuhan Yang Esa, mewahyukan diri-Nya secara berbeda kepada kaum yang berbeda, padahal semua kaum itu adalah ciptaan-Nya.

Tuntutan kronologi eksistensi agama samawi

Pada garis besarnya, agama Yahudi eksis paling dahulu, pelopor utamanya ialah Musa.  Lalu, pada abad pertama Masehi disusul oleh agama Kristen, yang dipelopori oleh murid langsung (baca: pendamping) yang mempercayai Yesus Kristus adalah Mesias.  Selanjutnya, pada abad keenam eksis Islam yang dipelopori oleh Muhammad.

Menurut pemahaman Penulis, mendalami agama samawi yang menyeluruh ialah mendalami ketiga agama tersebut.  Jika kembali ke arti ilmu agama menurut KBBI di atas, ialah pengetahuan tentang ajaran (sejarah dan sebagainya) agama, maka mendalami agama samawi meliputi pendalaman terhadap sejarah ketiga agama samawi.  Namun, penganut agama Yahudi hanya mendalami sejarah dan sebagainya dari agama Yahudi.  Penganut agama Yahudi tidak mendalami sejarah dan sebagainya dari agama Kristen dan Islam yang eksis abad pertama dan enam Masehi.  

Penganut agama Kristen mendalami sejarah dan sebagainya dari agama Yahudi, terbukti dari Kitab Suci agama Kristen terdiri dari Perjanjian Lama yang berisikan sejarah dan segala sesuatu tentang agama Yahudi, dan Perjanjian Baru yang berisikan berbagai kisah tentang Yesus Kristus.  Penganut agama Kristen tidak mendalami sejarah dan sebagainya dari agama Islam yang eksis abad enam Masehi.  Idealnya, penganut agama Islam harus mendalami sejarah dan segala sesuatunya dari agama Yahudi dan Kristen.  Dari artikel yang pernah Penulis baca, disimpulkan bahwa ada ayat Al Qur'an yang mewajibkan penganut Islam mendalami Kitab-Kitab Suci yang diwahyukan Tuhan Yang Esa sebelum abad keenam Masehi.

Dengan demikian, kronologi ketiga agama samawi itu menuntut penganutnya mendalami ketiga kelompok agama tersebut, mengingat ketiganya diwahyukan oleh Tuhan Yang Esa.  Namun, karena sesuatu dan lain hal, kelihatannya, para penganut ketiga agama samawi 'kekeh' memandang dan mempercayai bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang paling benar.  Pandangan atau kepercayaan seperti itu agak naif, mengingat ketiga kelompok penganut agama samawi sama-sama percaya bahwa sumber wahyu kepercayaannya hanya Tuhan Yang Esa, yang konsisten, tidak mewahyukan berbeda kepada kaum yang diciptakan-Nya.

Maka, menurut Penulis, mendalami agama samawi harus mendalami ketiga kelompok agama yang diwahyukan oleh Tuhan Yang Esa.  Dari pendalaman tersebut, akan memunculkan kecondongan-kecondongan pada poin-poin yang seharusnya sebagaimana dimaksudkan Tuhan Yang Esa.  Poin-poin penting interpretasi wahyu Tuhan Yang Esa versi agama Yahudi, versi agama Kristen, dan versi agama Islam, pastinya, bersumber dari Tuhan Yang Esa.  Sementara, terjadinya varian-varian interpretasi, patut diduga sebagai pengaruh subyektivitas pelopor agama Yahudi, Kristen, dan Islam.  Maka, mendalami agama samawi harus plural, mendalami agama Yahudi, Kristen, dan Islam.

Tentang pemisahan urusan agama dengan politik

Dari penganut agama samawi, ada pihak yang memandang bahwa pemisahan urusan agama dan politik adalah kebodohan.  Diklaim bahwa wacana pemisahan agama dengan politik berasal dari orang yang tidak begitu paham dengan agama.  Dengan dalih, bahwa agama harus diyakini sebagai sesuatu yang membimbing dalam segala hal, maka agama harus dicampur aduk dengan politik (baca disini).

Di atas sudah dikemukakan arti agama menurut KBBI. Selain itu, Penulis juga memandang perlu mengemukakan arti politik, yaitu 1 (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan); 2 segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain; 3 cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijaksanaan.  Ringkasnya, politik berkaitan dengan hal-hal duniawi semata.

Pikiran perlunya pencampuradukan agama dan politik diperkuat dengan argumen, bahwa politik sesungguhnya harus memiliki rambu-rambu. Sebagai perilaku orang beriman, rambu-rambu politik harus menomorsatukan agama.  Dengan demikian maka rambu-rambu politik harus dicampur aduk dengan rambu-rambu agama, karena tujuan berpolitik hanya boleh karena Tuhan Yang Esa.  Selain itu, dipandang, tidak mungkin menegakkan agama jika tidak terlibat dalam urusan bernegara mengingat segala yang didapat dari negara adalah hasil keputusan-keputusan politik.  Maka, politik harus dicampur aduk dengan agama.

Menurut Penulis, sekali lagi, menurut Penulis, berdasarkan pengertian KBBI di atas, agama ialah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya,sementara politik berkaitan dengan hal-hal duniawi semata,  maka obyek dari agama dan politik sangat berbeda.  Agama mengatur tata kaidah keimanan, sementara politik berkaitan dengan peraihan kekuasaan duniawi.  Dengan kata lain, agama mengatur sikap manusia kepada Tuhannya untuk meraih kehidupan akhirat, sementara politik mengatur sikap manusia meraih kekuasaan hidup di dunia. Akhirat dan dunia adalah dua hal yang berbeda.

Maka, mencampuradukkan dua hal yang berbeda akan menimbulkan kerancuan.  Penulis sangat setuju dengan anjuran Yesus Kristus pada abad pertama Masehi yang berujar: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."  Penulis artikan, hak Kaisar terkait dengan politik, dan hak Tuhan terkait dengan agama.  Manusia dianjurkan memisahkan urusan politik dari urusan agama, walaupun dalam segala sikap harus disemangati oleh agama, namun tidak dicampur aduk.  Urusan politik (-memberikan hak Kaisar-) harus dipisahkan dari urusan agama (-memberikan hak Tuhan-).

Demikian dan terima kasih sudah membaca artikel ini.

Salam bhinneka tunggal ika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun