Tulisannya menggerakkan kota. Lembaga amal kemudian seperti tersadar kembali. Bahwa ada orang-orang yang berjuang hidup di luar sana. Selter-selter didirikan di tempat yang belum tersentuh sebelumnya dan para volutir mulai bekerja menyisir kota. Membantu para tuna wisma. Membangunkan kembali kepedulian warga kepada sesama.
Kemudian mulai datang tawaran menulis buku. Dari penerbit kecil. Kontrak sederhana.
Buku pertamanya berjudul: Perantau “Hal-hal yang Ditinggalkan Terkubur di Bawah Salju” Buku itu kisah nyata, mentah, hening, dan jujur.
Tidak berteriak "Aku Batak dan kami ras terkeras di bumi." tapi hanya berbisik, "Aku perantau dan aku berjuang 3 jam di bawah timbunan salju."
Kritikus buku menyukainya.
Etalase Toko Buku, Web Penjualan Buku, Gerai Buku Digital dan Gereja-gereja mulai mengedarkan bukunya. Buku menjadi best seller dan bertengger di chart The New York Times - Hardcover Nonfiction. Pada musim dingin liburan natal buku laku keras.
---
Tahun-tahun berlalu. Ia menulis beberapa buku lagi. Ia mengajar menulis kreatif paruh waktu. Ia tinggal sendiri, masih menyewa apartemen sempit, masih naik subway, masih memilih menu termurah. Meski karya-karyanya dibaca. Dikutip. Diterjemahkan ke berbagai bahasa. Duit mengalir tapi ia memilih mengencangkan ikat pinggang. Ada mimpi besar di Huta Hatubuan yang harus diraihnya.
Tanie pindah ke California. Ia benar-benar menarik diri. Mereka masih saling kirim kabar, kadang-kadang. Tidak lebih. Kandas.
Tahun 2035, novel terakhirnya “Utara danau Toba, Selatan kota New York” tentang mimpi besar membangun tanah leluhur mendapat penghargaan. Ia tidak datang mengikuti acara anugerah penulis best seller. Ia malah mengepak barang-barangnya dan pulang.
---
Barman membangun rumah di lereng Danau Toba. Bukan vila mewah. Hanya kayu, batu, dan sunyi. Udara di sana tipis, jernih. Ia menyusun rak buku: Baldwin, Salinger, Hemingway, dan satu versi bukunya sendiri yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia—terasa aneh, tapi agak indah.
Anak-anak kampung sering datang. Bertanya apakah Amerika punya koboi dengan pistol sungguhan. Barman tertawa.
“Amerika punya salju. Itu sudah cukup.”