Mohon tunggu...
Hosi Diana Agustina
Hosi Diana Agustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - nden

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menemukan Kebahagiaan dalam Perspektif Filsafat Stoisisme

25 Desember 2022   22:57 Diperbarui: 25 Desember 2022   23:47 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

          Stoisisme berasal dari kata Yunani "stoikos" yang berarti "stoa (serambi atau serambi)". Filsafat Stoisisme atau Filsafat Stoa adalah nama aliran filsafat Yunani kuno yang didirikan oleh Zeno dari Citium di Athena. Di mana kaum Stoa diajar oleh filsuf Zeno dari Citium, yang berpengaruh besar pada Stoisisme pada saat itu. Pada saat itu Athena menjadi pusat studi filsafat. Zeno (yang dipengaruhi oleh Socrates) menjadi salah satu guru sekolah Stoa pada saat itu. Kegiatan belajar yang dilakukan kaum Stoa tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas, seperti di beranda rumah. Dari sinilah istilah Stoa dan Stoik berasal. Perlu dicatat bahwa Stoa adalah kata Yunani yang berarti serambi rumah sedangkan stoik mengacu pada orang yang belajar di teras rumah. Salah satu hal yang diajarkan para filsuf Stoa adalah bagaimana menghadapi emosi.

          Stoisisme merupakan aliran filsafat yang dianggap sangat berpengaruh dan mudah diterapkan oleh setiap orang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Manampiring menjelaskan bahwa filsafat stoisisme adalah filsafat kepemimpinan dimana tujuan kepemimpinan disini bukan untuk memimpin sebuah tim atau organisasi tetapi kepemimpinan disini adalah awal dari memimpin dan mengutamakan diri sendiri seperti kita mengendalikan diri kita sendiri sebelum berusaha mengendalikan orang lain.

          Ajaran filsafat Stoa sangat beragam, namun dapat disimpulkan bahwa dasarnya terletak pada perkembangan logika yang terbagi menjadi dua bagian yaitu retorika dan dialektika. Selain itu, filsafat ini juga mengkaji perkembangan fisika dan etika, yang meliputi teologi dan politik. Pandangan etika yang relevan adalah tentang bagaimana manusia memilih jalan hidup dengan menekankan sikap apatis, yaitu menjalani hidup dengan pasrah dan netral, dan menerima segala kondisi di dunia. Sikap ini mencerminkan pikiran manusia dan juga merupakan kemampuan tertinggi dalam semua aspek kehidupan.

          Dalam filsafat Stoisisme, segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia bersifat netral. Tidak ada yang memainkan peran positif atau negatif, tidak ada yang buruk atau baik. Apa yang dapat membuat hal-hal ini menjadi positif atau negatif, baik atau buruk adalah interpretasi kita terhadapnya. Para filsuf Stoa percaya bahwa kebahagiaan tidak dapat dikejar. Mereka lebih fokus untuk meredam emosi negatif, mulai dari kemarahan, kesedihan, stres dan kebingungan. Dengan meningkatkan penalaran ini, kita akan dapat lebih mengontrol perilaku kita saat menghadapi emosi tersebut. Ketakutan kita terhadap situasi yang tidak terduga sebenarnya lebih besar daripada konsekuensi yang akan timbul dari peristiwa tersebut.

          Stoisisme juga meyakini adanya Logos (Tuhan) yang akan selalu menyertai kehidupan di alam semesta. Maka untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup, manusia hanya perlu meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup sudah diatur dan menjadi kehendak sang Logos (Tuhan). Jadi jika Anda mengalami kejadian yang tidak diinginkan, Anda bisa menerimanya dan menyikapinya dengan bijak, karena reaksi yang Anda berikan dalam menangani suatu kejadian adalah yang terpenting dan kunci dari filsafat stoisisme ini.

          Seperti yang kita tahu bahwa isu kesehatan mental sangat marak dibahas oleh berbagai forum di masa kini. Adapun filsafat stoisisme dapat menjadi salah satu alternatif terbaik dalam menghasilkan mental yang kuat dan tangguh. Berikut contoh ajaran stoisisme yang bisa kita praktekan dalam kehidupan sehari hari yaitu :

a. Mengasah kebajikan dalam diri -- sendiri
b. Disiplin untuk mencegah diri sendiri dikendalikan oleh keinginan untuk bahagia atau takut terhadap rasa sakit dan juga penderitaan
c. Membuat sebuah perbedaan antara apa yang ada di dalam kekuatan kita dan apa apa yang tidak ada
d. Latihan mengatasi emosi.

          Selain itu, konsep ini juga mengajarkan kita bahwa kita hanya bisa mengendalikan pikiran, persepsi, keyakinan, dan tindakan kita sendiri. Stoisisme menunjukkan bahwa kebijakan dan kebijaksanaan adalah kebahagiaan dan penilaian yang harus didasarkan pada perilaku dan bukan kata-kata. Dimana kita tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi jika itu berasal dari luar kita atau eksternal. Kita hanya bisa mengendalikan diri kita sendiri dan bagaimana kita bereaksi terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun