Mohon tunggu...
Geraldo Horios
Geraldo Horios Mohon Tunggu... Lainnya - 没有人 v ホセ

menulis saat banyak pikiran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Orang Kaya Suka Beli Klub Sepak Bola?

4 Oktober 2022   04:30 Diperbarui: 4 Oktober 2022   05:08 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramai kericuhan terkait arema yang menewaskan hingga ratusan orang, membawa penulis berpikir "mengapa orang kaya membeli klub sepak bola? Sekedar hobi atau investasi"?

Sepak bola menjadi olahraga yang populer di dunia. Sepakbola merupakan olahraga yang dapat menyatukan orang dan sekaligus memberikan ketegangan dan kegembiraan bagi pemainnya. Ketegangan dan kegembiraan ini juga berlaku bagi investornya. 

Pepatah lama mengatakan, "cara tercepat menjadi jutawan adalah dengan menjadi miliarder dan berinvestasi pada klub sepak bola". Meskipun demikian, selalu ada yang berinvestasi di klub sepak bola termasuk orang Indonesia.

Investor Klub Sepak Bola di Indonesia

sumber: indosport
sumber: indosport

Klub Sepak Bola Luar Negeri

Orang Indonesia juga ada yang berinvestasi di klub sepak bola luar negeri. Salah satunya adalah Erick Thohir. Ia pernah membeli 70% saham Inter Milan sebesar 480 juta dolar AS pada 2013. Selain itu, grup Bakrie juga membeli saham klub sepak bola Australia, Brisbane Roar pada tahun 2011. 

September 2022, Erick Thohir bersama Anindya Bakrie membeli 51% saham klub sepak bola Inggris, Oxford United. Selain dari Indonesia, masih ada pemegang saham minoritas dari Thailand dan Vietnam. 

Klub Sepak Bola Dalam Negeri

Membeli klub sepak bola sempat menjadi tren di kalangan publik figur Indonesia. Mei 2021, Raffi Ahmad bersama pengusaha Rudy Salim membeli Cilegon United FC dengan nilai lebih dari Rp300 miliar. Kemudian namanya berubah menjadi Rans Cilegon FC. 

Pada Juni 2021, Atta Halilintar bersama Putra Siregar mengakuisisi saham PSG Pati dan merubah namanya menjadi AHHA PS Pati FC. Anak Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep juga membeli 40% saham Persis Silo.

Mengapa membeli klub sepak bola?

Setidaknya ada dua alasan mengapa miliarder membeli saham klub sepak bola. Pertama, membeli untuk mendukung klub sepak bola yang diidolakan. Investor membeli agar klub sepak bola berjalan sesuai keinginannya. Hal ini terjadi pada pengusaha Tony Bloom saat membeli Brighton & Hove Albion.

Kedua, membeli untuk menghasilkan uang. Mike Ashley membeli Newcastle 134 million pounds tahun 2007 dan menjualnya 305 million pounds. Kedua alasan tersebut sebenarnya alasan umum, nyatanya membeli klub sepak bola memberi pengaruh yang lebih.

Prestise memiliki klub

sumber: instagram/attahalilintar
sumber: instagram/attahalilintar

Memiliki klub sepak bola tidak termasuk kegiatan amal. Klub sepak bola memiliki banyak pengeluaran, investasi fasilitas olahraga, membeli pemain, dan coach. Investasi di klub merupakan hal sulit karena tidak ada yang menjamin nilai sebuah klub bisa naik di masa depan. 

Kesulitan meningkatkan nilai sebuah klub sepak bola yang memberikan rasa hormat kepada pemiliknya. Jika menggunakan segitiga maslow, maka tahap yang dicapai pemilik sebuah klub sepak bola merupakan penghargaan. Tentu saja bentuk immaterial tersebut tidak cukup bagi pengusaha.

Pemilik klub sepak bola dapat melebarkan brand yang mereka miliki. Hal paling mudah yang bisa dilihat adalah perubahan nama klub itu sendiri. Cilegon United FC menjadi Rans Cilgeon, PSG Pati menjadi AHHA PS Pati. 

Perubahan nama ini membuat brand awareness terhadap RANS DAN AHHA. Dampak paling besar terjadi jika klub liga 2 ini naik tingkat menjadi klub liga 1. Bukan hanya brand awareness yang meningkat namun juga saham afiliasinya.

Memiliki klub sepak bola juga memberikan akses besar bagi pemiliknya sekaligus diversifikasi bisnis. Roman Abramovich dapat memposisikan bisnis dan dirinya di United Kingdom setelah akuisisi Chelsea. Dengan demikian, mungkin Erick Thohir juga mendapat lirikan dari investor luar sebagai pemilik Oxford United. 

Football is like life: it requires perseverance, self-denial, hard work, sacrifice, dedication, and respect for authority - Vince Lombardi

4 Oktober 2022

Geraldo Horios

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun