Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Cinta Mirna di Tangan Ibunya

27 Desember 2021   23:55 Diperbarui: 28 Desember 2021   00:22 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, sumber: Rhand McCoy on Unsplash

"Ibu bohong! Cinta tidak membuat orang bahagia!" Belum selesai Mirna membuka pintu rumah yang tidak terkunci, kata-kata itu terucap lantang sampai ke arah dapur. Beberapa detik setelahnya, terdengar suara pintu tertutup kencang sekali, seperti dibanting. Engselnya sampai patah.

Seorang wanita paruh baya berjalan ke ruang tamu. Masih ada celemek terjuntai dan menempel di dasternya. Wanita itu tampak terkesiap. Malam sudah larut.

"Kamu kenapa pulang lagi, Mirna? Sudah berapa kali kamu pulang sendirian?" kata wanita itu selepas duduk di kursi tamu. "Tidak baik dilihat tetangga!" lanjutnya lagi sedikit tegas.

Mirna mengatur napas. Ia memang mendadak pulang ke rumah dan berlari secepat-cepatnya setelah turun menumpang dari tukang ojek. Ia seperti punya sesuatu yang harus dikatakan. 

"Masa bodoh!"

"Buat apa pikirin tetangga? Ibu seharusnya pikirin saya!"

Mirna mencoba tenang dengan duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi ibunya. Rambutnya yang hitam panjang teracak-acak tidak keruan. Mirna pun tidak sempat berdandan seperti kebiasaannya setiap keluar rumah.

"Kamu kan sudah menikah, Mirna. Tidak baik kalau keseringan pulang ke rumah. Masalah harus dihadapi. Setiap rumah tangga pasti punya masalah."

Mirna menatap wajah ibu. Meskipun ada keriput di sana-sini, pipi ibu yang tirus itu masih melihatkan kecantikan masa lalu. Mata ibu putih bening di antara lingkar bola mata yang hitam pekat. Mirna mengerutkan kening, penuh tanya.

"Ibu seperti tidak bermasalah saja!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun