Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ini Alasan Saya Membatasi Diri Menonton Film Menyeramkan

20 Agustus 2021   21:39 Diperbarui: 20 Agustus 2021   22:30 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi film menyeramkan, sumber: Jasmin Key/Pixabay

"Mas, sini. Sudah mulai," kata seorang teman yang duduk bersebelahan dengan teman satu lagi di depan televisi. Waktu itu sedang berlangsung pemutaran film menyeramkan.

Saya masih duduk dalam kamar. "Kamu nonton film apa?" Teman itu tiba-tiba tersenyum. "Sini saja, Mas!" Ia tetap berusaha mengajak. Saya bergeming. Saya sudah tahu selera tontonannya.

Suatu kali saya diajak teman menonton film. Baik di kontrakannya maupun di bioskop langsung. Saya pribadi tidak terlalu suka nonton. Selektif, alias pilih-pilih.

Beberapa yang saya prioritaskan tonton adalah film komedi, laga, keluarga, seputar pembelajaran kehidupan, dan lainnya yang setelah menonton, saya mendapat hal-hal bermanfaat.

Pada sisi lain, kita tahu benar, ada film yang menyeramkan, menghadirkan berbagai jenis hantu baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Kehadirannya pun biasanya mengagetkan di tengah keheningan, kesepian, dan malam pekat.


Ada pula film yang tidak manusiawi, menampilkan sajian menakutkan dan perilaku menjijikkan (bagi saya) seperti memotong-motong tubuh orang, menyembelih, membunuh sampai darah bermuncratan, dan sealirannya.

Kedua jenis itu tentu dikreasikan dengan visual yang diharap sangat mendukung. Beberapa diangkat dari kisah nyata. Meskipun kita tahu itu semua rekaan dalam penciptaan, seperti benar-benar terjadi ketika ditonton.

Perasaan menyeramkan dan menakutkan semakin timbul waktu menonton sendirian. Bulu kuduk bisa merinding. Bisa pula tidak tidur semalaman. Saya pribadi membatasi menontonnya. Beberapa hal menguatkan:

Ingat kata-kata pembina rohani

Dahulu, seorang pembina rohani pernah berkata pada saya, "Lebih baik, jika masih ada hal-hal baik yang bisa dilihat dan dipelajari, tonton dan simaklah itu. Segala yang menakutkan dan menyeramkan, jangan berikan diri padanya."

Saya pikir ada benarnya. Apalagi pembina itu sangat saya segani dari perilakunya yang benar-benar mencerminkan perkataannya. Saya terus pegang itu sampai sekarang.

Ada potensi ingatan di otak berputar kembali

Apa yang sudah dilihat suatu kali akan teringat kembali. Yang direkam oleh mata akan disimpan di otak dan bisa berputar pada saat yang bahkan kita tidak inginkan.

Saya tidak bisa mengatur apa yang muncul dalam mimpi. Saya pun tidak selamanya bersama dengan orang-orang. Rekaman ingatan ketakutan dan tontonan menyeramkan sangat mengganggu jika tiba-tiba muncul.

Tidak selamanya saya dalam kondisi kuat

Mungkin waktu saya menonton, saya bisa kuat sampai akhir. Dari awal cerita sampai selesai, seluruh hantu dan peristiwa menyeramkan bisa jadi tersimak baik.

Ada ketakutan terjadi tetapi sekilas. Kondisi saya memang sedang baik dan sehat. Pikiran dan logika berjalan. Saya tahu itu bohong dan hanya rekaan. 

Tetapi, saat di mana saya sedang sakit, saya lebih butuh hal-hal positif yang membangun. Jika malah rekaman ingatan itu yang muncul waktu istirahat saya, sama sekali tidak menguatkan.

Saya sering diejek...

Saya tidak masalah diejek penakut gara-gara dinilai seperti tidak berani menonton. Saya memang selalu menolak dan membatasi. Saya sampaikan pendapat di atas, ditertawakan sesekali.

Ya, semua memang bebas bereaksi. Saya paling tahu kondisi diri. Apa yang baik bagi saya, mana yang tidak bermanfaat, tentu harus saya pilih dan pilah.

Selagi waktu masih bisa dihabiskan untuk belajar dan menonton hal positif, mengapa tidak? Mengapa pula saya perlu menambah dan menguji daya takut dalam diri, sementara di dunia nyata masih banyak masalah yang lebih menakutkan?

Sampai sekarang teman-teman sudah tahu. Jika mereka hendak menonton film demikian, adalah sia-sia usaha bila mengajak saya. Saya pun tidak mengganggu kebebasan mereka. Silakan saja.

Akhir kata...

Film menyeramkan memiliki penggemar tersendiri. Dari seputar hantu sampai yang berdarah-darah, baik disensor maupun tidak, disukai sebagian penonton.

Film itu juga merupakan hasil buah pikir dan kerja sama sutradara, produser, pembuat naskah, aktor, dan lainnya, yang patut diapresiasi. Terlepas mungkin ada kekurangan di sana sini yang perlu disempurnakan.

Tidak sedikit yang didapati berhasil menyerap banyak sekali penonton. Itu sah-sah saja. Mereka menemukan kebahagiaan saat menonton. Keabsahan itu sama pula dengan sikap saya membatasi diri menonton.

Bukan saya takut. Bukan pula saya tidak mau menguji diri. Tetapi, saya menyadari, masih banyak hal positif dan bermanfaat yang perlu saya pelajari dibanding tontonan menyeramkan. 

Saya pun sadar, suatu ketika lemah. Saya tidak ingin tiba-tiba rekaman di otak seputar film itu hadir, tidak menguatkan saya, malah menurunkan imun.

Apakah Anda gemar menonton film menyeramkan? Atau sama seperti saya, memang sengaja membatasi diri?

...

Jakarta

20 Agustus 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun