Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Mengapa Tidak Semua Orang Berbakat Jadi Pedagang?

12 Agustus 2021   22:56 Diperbarui: 30 Agustus 2021   23:00 2247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika waktu pulang ke kampung halaman, saya diminta tolong mama membeli bahan-bahan kue di toko kelontong tetangga yang berlokasi tidak jauh dari rumah.

Dengan naik motor, saya pergi ke sana. Tidak lupa, sepanjang perjalanan, saya tengok keadaan terkini tetangga sekitar. 

Saat tiba di toko, saya terkejut sejenak. Toko itu sudah banyak berubah. Dahulu hanya satu kios, sekarang membuka dua kios di sebelah. Empunya toko juga mempekerjakan lebih banyak pegawai. Barang dagangan semakin banyak dan lengkap jenisnya. Beliau bermain grosiran. Bisa dibilang, toko mengalami kemajuan.

Selepas membeli, saya pun kembali ke rumah. Pada pemandangan lain, tidak jauh dari sana, saya menemukan rumah tetangga yang saya ingat betul dahulu pernah membuka toko.

Masih ada bekas lemari etalase di garasi. Masih ada nama toko tertempel di depan rumah. Sisa-sisa kaleng blek kerupuk menggantung. Tetapi, tidak ada lagi barang dagangan. Tidak ada lagi aktivitas penjualan, sepi dan kosong.

Iya, sudah tidak jualan lama si Ibu X. Begitu jawaban mama ketika saya tanya. 

Saya jadi berpikir, mengapa ada orang yang bisa sukses berdagang dan mengapa pula ada yang tidak berbakat jualan.

Pengalaman sebagian orang...

Jika mau cepat kaya, berdaganglah. Lebih mudah mendapatkan uang. Bila terampil, lebih besar potensi untung diperoleh daripada jadi pekerja bulanan.

Tetangga saya yang grosiran itu pun rumahnya sudah diperbagus dan diperlebar. Dia memiliki dua mobil, satu untuk dagang, satu lagi guna keperluan pribadi.

Dapat kita saksikan pula, banyak kesaksian orang-orang berada, yang semua bermula dari usaha dagang. Pada suku-suku tertentu, profesi pedagang identik dengan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun