Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Viral Bisa Membunuh Karakter

18 Mei 2021   09:04 Diperbarui: 18 Mei 2021   10:00 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi viral, sumber: shutterstock

Ada warganet yang membuatnya sebagai bahan lucu-lucuan. Menjadikan kesalahan orang sebagai meme pun ada. Mereka tertawa sepuasnya pada viralnya kesalahan orang.

Seperti tidak punya kesalahan saja! Apakah pantas bahagia di atas penderitaan orang yang sedang bersalah? Saya pun tidak membela yang bersalah. Yang bersalah tetap bersalah dan wajib menerima hukuman. Tetapi, tidak dengan cara "dihukum" oleh banyak orang di medsos.

Sarana pelampiasan emosi

Ini pun sama. Warganet dengan bebas menumpahkan kekesalan dan amarah atas pihak yang bersalah. Sesekali kelepasan menggunakan bahasa yang tidak santun.

Kebun binatang dilibatkan. Kata-kata kotor berserakan. Legakah? Sudah puaskah? Apakah memang itu manfaat dari media sosial? Sebagai sarana pelampiasan emosi buruk?

Pembunuhan karakter

Bagi pihak yang bersalah, saya begitu yakin, meskipun sedikit, masih ada niat baik darinya untuk berubah. Setidaknya, setelah mendapat teguran dari pihak yang bermasalah langsung dengannya.

Hukuman yang diberikan langsung oleh pihak berwenang juga bisa menjerakannya. Ketika dia mau bertobat, sudah tersebar penghakiman warganet atas videonya.

Namanya terkenal buruk di mana-mana. Kalau dia kuat mental, bisa dia lupakan dan tetap memutuskan berubah baik. Jika tidak, mentalnya malah semakin jatuh. Bisa pula ia menyiksa dirinya sendiri, karena tenggelam akan kesalahan yang terus diingat-ingatkan warganet.

Yang telah diunggah di medsos pun sulit dihapus. Ada rekam jejak yang bisa dengan mudah diabadikan tiap-tiap warganet. Selain itu, masih ada akun lain yang juga mengunggahnya.

Dia sudah dicap pernah berbuat salah. Terkenal pula akan hal itu. Pandangan orang padanya sebagian menjadi miring. Karakternya dibunuh perlahan-lahan. Sudah puaskah, para warganet?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun