Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mengais Remah-remah Rengginang di Dasar Kaleng Khong Guan

13 Mei 2021   12:02 Diperbarui: 13 Mei 2021   12:42 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue keju dan putri salju, sumber: dokpri

Banyak berceceran

Remah-remah itu banyak dan berceceran. Puing-puing kecil -- terkadang sampai serpihan, hingga tidak terhitung jumlahnya. Membuat tangan kita kotor jika menyentuhnya.

Dosa dalam kehidupan kita, perbuatan merugikan yang sengaja dan tidak sengaja selama berinteraksi sosial, dan kesalahan berucap lewat perkataan, tidak beda jauh. Kita juga punya banyak. Terserak di mana-mana dan melukai hati orang tanpa sadar.

Masih enak

Bagi sebagian orang, remah-remah itu jika dimakan, masih enak. Tidak ada rasa yang berubah, layaknya rengginang utuh. Tidak heran, ada pula yang menghabiskannya saat lapar mendesak.

Ingat! Sejelek dan seburuk apa pun diri, kita tidak boleh terlalu jauh menghakimi diri. Kita tentu masih punya kelebihan -- barang satu dua, yang bisa dikembangkan dan dimanfaatkan untuk memperbaiki kehidupan dan bagi orang lain. Latihlah dan pekalah dengan itu. Jadikan talenta dan keunikan masing-masing.

Ada di bagian dasar

Remah-remah itu ada di bagian dasar kaleng. Tergeletak, melekat di alas kaleng, menempati posisi terendah, di bawah rengginang-rengginang yang masih utuh di atasnya.

Dalam meminta maaf atas kesalahan, kita juga wajib seperti remah itu. Merendahkan hati sejauh dapat, meletakkan ego dan keakuan serendah-rendahnya, untuk mengajukan permohonan maaf dengan ikhlas. Bukan karena ingin dicap hebat, telah berani meminta maaf. Melainkan, memang tulus dari dasar hati yang terdalam.

Jangan sampai masuk angin

Remah itu pun dijaga dalam kaleng yang tertutup rapat. Ini dengan maksud agar renyah dan gurihnya tetap, sehingga masih lezat untuk dinikmati kapan pun, saat ingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun