Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Para Pembeli Waktu

18 April 2021   01:38 Diperbarui: 18 April 2021   07:43 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: intisari.grid.id 

"Wajah Bapak begitu tertekan. Tidak ada senyuman. Keningnya berkerut tegang. Sebelum ia meninggal, ia bertanya pada saya, mengapa kalian-kalian ini, yang sudah dibantunya, yang telah diberikan waktu olehnya, bisa-bisanya melupakan janji begitu saja?"

"Maksudnya apa, Bu?" teriak seorang warga.

"Kalian tidak berbuat baik kepada sesama. Padahal, ketika merengek-rengek membeli waktu, kalian berjanji begitu sungguh. Selama sepuluh tahun, bapak menjual waktu dengan begitu setia tetapi dibalas begitu hampa oleh kalian. Mengapa mau enaknya saja, mau diperlakukan baik, mau ditolong, tetapi tidak mau menolong orang? Bapak penjual waktu mati memikirkan itu." 

"Betapa kalian para orang kota, begitu egois dan tidak mau membantu tetangga. Apakah kalian begitu sibuk dengan urusan pribadi, sehingga tidak sempat menolong gelandangan-gelandangan itu? Itu juga warga kalian. Mengapa bisa kalian biarkan mereka kedinginan di jalan?"

"Sekarang, Bapak sudah hidup. Bapak hidup, dalam diri kalian!"

Wanita tua itu menghentikan ucapan. Para warga tertunduk. Mulut saya terkunci rapat.

...

Jakarta

18 April 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun