Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kesetiaan pada Sepotong Kue

20 Maret 2021   22:02 Diperbarui: 20 Maret 2021   22:40 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sajian Sedap

"Bagaimana? Kalau aku gendut, kamu masih setia tidak?"

Meskipun aku sudah bekas dua orang, untuk ukuran janda, tubuhku masih aduhai, bak gitar spanyol. Gaun yang aku kenakan waktu gadis masih muat. Ia juga tidak sulit menemukan ukuran celanaku.

"Ma..ma..sih...lah...," katanya pelan. 

Mengapa dia gagap? Aku jadi ragu, apa benar dia mau bersama wanita gendut? Bukankah setiap lelaki suka dengan wanita bahenol, langsing, dan gendut di beberapa tempat saja? Mendengar nada suaranya yang tersendat itu, aku merasa dia berbohong. Matanya masih lari ke mana-mana.

"Benar, kamu akan setia padaku, meski nanti setelah punya anak, badanku melar ke sana sini?"

Ia hanya mengangguk kecil. Ia mengisap rokoknya lagi. Aku menancapkan batang cokelat yang begitu manis itu dengan garpu, lalu menghadapkan padanya.

"Kamu suka yang manis atau yang cantik?"

"Hmm..."

"Yang manislah, seperti kamu, Yang. Lebih manis malah daripada cokelat itu."

Aku menelan ludah. Tumben dia merayu. Biasanya begitu kaku, seperti tiang listrik di tepi jalan.

"Jadi menurutmu, aku tidak cantik, tetapi manis?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun