Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Anak Perempuan dalam Tangisan

7 Maret 2021   12:02 Diperbarui: 7 Maret 2021   21:53 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kita mau ke mana Bu?" tanya Aksila.

“Ke Semarang, Nak.”

“Ke rumah siapa?”

“Budhe Rini.”

Yeaaaaayyyy…jalan-jalan,” Aksila berteriak. Orang-orang di sekitar menengok. Sulastri tersenyum. Meskipun Aksila belum pernah bertemu Budhe Rini, ia merasa seperti ada kebahagiaan yang menanti di Semarang. Ia sungguh tidak sabar, ingin lekas-lekas sampai di sana. Pengalaman pertamanya jalan-jalan ini begitu menarik baginya.

Budhe Rini adalah kakak satu-satunya Sulastri. Ia punya tujuh anak. Suaminya seorang pegawai perusahaan swasta. Hidupnya lebih berkecukupan dibanding Sulastri.


“Salam buat Rini ya,” kata suami Sulastri. Dari dalam kereta, Sulastri dan Aksila melambai-lambaikan tangan. Sementara Aliska tidak mau keluar dari bajaj. Mukanya terus ditekuk. Ia begitu sedih, karena telah ditinggal kakak sepermainannya itu.

***

Selama di kereta, Aksila begitu aktif. Ia bernyanyi-nyanyi, berlarian di lorong, lalu bermain bersama seorang anak dari penumpang yang tidak dikenalnya. Mata Sulastri tetap awas menjaga.

“Kamu kalau sudah besar mau jadi apa?” tanya Sulastri pada Aksila yang sibuk menyantap sepotong kue di sebelahnya. Setelah bermain dan minum sebotol air, ia duduk di samping ibunya.

“Jadi dokter, Bu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun