Lokasi kejadian
"Lepas Banjar Ayu kami tiba di areal persawahan yang luas. Ke mana memandang sawah yang terlihat. Lengkap dengan dangau, orang-orangan pengusir burung, serta setumpak perumahan penduduk yang tampak di kejauhan."
Di atas, paragraf pembuka cerpen berjudul "Sahabat yang Hilang" karya Adek Alwi, dimuat di Kompas, 15 Mei 1994. Dalam tiga kalimat itu, tidak dijelaskan siapa tokoh cerita, hanya lokasi kejadian. Sawah.
Tentu, untuk menjelaskan kondisi sawah seperti apa, kita harus sebisa mungkin menjabarkannya, sehingga imajinasi pembaca langsung pergi ke sawah. "Lengkap dengan dangau, orang-orangan pengusir burung, serta setumpak perumahan penduduk yang tampak di kejauhan".Â
Mungkin, bisa Anda tambahkan:Â
"...burung-burung pipit beterbangan, bertengger dan mematuk kepala boneka pengusir hama", "air sungai yang mengalir begitu derasnya di sekitar sawah, dan begitu bening sehingga batu-batu di dasarnya terlihat jelas", dan "ada pula anak-anak kecil dengan telanjang dada menceburkan dirinya ke kali tepi sawah tanpa malu dilihat petani yang sibuk mengayunkan cangkulnya". Â
Aktivitas Tokoh
"Bunyi yang kering dan tajam selalu terdengar setiap kali mata cangkul Kartawi menghunjam tanah tegalan yang sudah lama kerontang. Debu tanah kapur memercik. Pada setiap detik yang sama Kartawi merasa ada sentakan keras terhadap otot-otot tangan sampai ke punggungnya..."
Penggalan paragraf pembuka di atas ada di cerpen berjudul "Warung "Penajem"" karya Ahmad Tohari, dimuat di Kompas, 13 November 1994. Apa yang bisa disimpulkan dari kalimat di atas? Ahmad Tohari menggambarkan aktivitas tokoh cerpennya sebagai seorang petani, yang sedang menggarap sawahnya.
Tentu, kalimatnya tidak sekadar "petani mengayunkan cangkul". Ahmad Tohari bermain pada otot, punggungnya, dan bagaimana peristiwa ketika cangkul itu diayunkan.
Mungkin, bisa Anda tuliskan aktivitas maling sebagai berikut:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!