"Markonah."
"Umur?"
"Hmmm... Saya lahir sebelum kampung ini ada, Pak."
"Saya tidak tanya itu. Saya tanya umur."
"Hmm..."
Seorang wanita lanjut usia berambut putih menggaruk-garuk dahi. Kemudian, tangannya mengambil sesuatu dari sebuah kantung tepat di dadanya, lantas membukanya.
"Wah, maaf Pak. Saya lupa bawa tanda pengenal."
"Nenek bagaimana sih? Sudah tahu mau didata, malah lupa bawa. Ya sudah, balik rumah dulu. Saya tunggu sini."
Setelah memakai kembali sandal jepitnya dan mengambil tongkat kayu di sebelah meja, dengan terbungkuk-bungkuk wanita itu bergegas meninggalkan Sulepret.
Ya, Sulepret. Tidak lain dan tidak bukan anak ingusan kemarin sore yang mendapat durian runtuh. Beberapa kali saya tangkap bibirnya menyunggingkan senyum. Pasti malam ini istrinya tidak sabar menanti.
Pekerjaan menghitung kembali jumlah warga sudah menjadi agenda rutin pada tahun pertama waktu kepala kampung Kumpang berganti. Data tahun lalu tentang jumlah warga sangat sulit diandalkan.