Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Malu

7 September 2020   16:10 Diperbarui: 8 Desember 2020   19:27 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:https://www.bantennews.co.id

"Kenapa Mas, ada masalah apa? Ceritalah Mas."

"Sebetulnya dua hari lalu Mas stres berat, karena terkena PHK dari kantor Mas. Alasannya, pengurangan beban operasional kantor lewat perampingan jumlah pegawai. Sejak saat itu, Mas tidak punya muka menatapmu."

"Hufftt.... Lalu? Gara-gara itu Mas diam kepadaku?"

"Iya, pikiran Mas semrawut, kalang kabut." 

"Terus, Mas kemarin kemana? Bukannya pergi kerja?"

"Mas ke kantor hanya mengurus berkas-berkas yang masih tertinggal saja, dek."

"Ya sudah Mas, mau bagaimana lagi, kita terima saja. Tapi yang tak ku suka, Mas menjadi dingin padaku. Masalah pekerjaan nanti bisa dicari lagi, yang penting Mas tetap menyapaku."

"Benar dek, tak apa?"

"Sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Kita doa saja, pasti nanti ada jalan keluarnya."

"Makasih ya dek, mau menerima Mas apa adanya"

Seketika pisang gorengku disentuhnya kembali.

...

Jakarta,

7 September 2020

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun