Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mereka yang Menaruh Asa, Ketika Wisata Kembali Dibuka

8 Agustus 2020   11:23 Diperbarui: 9 Agustus 2020   10:49 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seseorang yang sedang Berwisata | Dokumentasi Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifvia travel.kompas.com

Kendati begitu, mereka tetap menaruh asa. Suatu saat, badai ini diyakini pasti berlalu. Seperti kata Raden Ajeng Kartini, "Habis Gelap Terbitlah Terang".

Ilustrasi Pemandu Wisata, Sumber:https://travel.kompas.com/ 
Ilustrasi Pemandu Wisata, Sumber:https://travel.kompas.com/ 
Mereka yang sehari-harinya bertugas memberikan informasi tentang sejarah daerah wisata, cara berwisata sesuai aturan, tentunya terdampak beberapa bulan terakhir ini. Kendati begitu, ada yang memilih untuk tidak tinggal diam. Sebagian berinisiasi dan berkreativitas membuat wisata virtual, dengan tarif yang terbilang murah. Demi membuat dapur tetap mengebul.

Melalui zoom (aplikasi rapat virtual), mereka menampilkan kegiatan berwisata ke daerah wisata domestik dan mancanegara, yang tentunya telah dilakukan sebelum virus Corona merebak, kepada mereka yang telah mendaftar sebagai peserta jalan-jalan virtual ini. 

Peserta dapat sedikit memuaskan keinginan mata mereka, kendati hanya duduk di depan perangkat elektronik dan tidak beranjak kaki kemanapun.

  • Pengusaha di Sektor Transportasi;

Ilustrasi Bus Pariwisata, Sumber:https://saungbus.com/ 
Ilustrasi Bus Pariwisata, Sumber:https://saungbus.com/ 
Sepertinya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi seberapa hebatnya dampak Covid19 di sektor usaha transportasi. Bila wisata tutup, otomatis usaha transportasi di sektor wisata ikutan tidak berjalan. 

Di sisi lain, ada sebagian dari mereka yang membeli alat transportasi (semisal bus) dengan berutang dalam jumlah rupiah yang tidak tergolong kecil. Pemasukan tak ada, sementara utang tetap harus dibayar. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.

  • Agen Tiket Perjalanan


Penampakan Salah Satu Agen Tiket, Sumber:https://jogja.tribunnews.com/ 
Penampakan Salah Satu Agen Tiket, Sumber:https://jogja.tribunnews.com/ 
Sejalan dengan di atas, agen tiket pun ikutan terdampak. Sepinya jumlah wisatawan ikut menyepikan penjualan tiket mereka. Penjualan turun otomatis pemasukan ikut menurun. Sementara itu, biaya operasional tetap berjalan. Alhasil, pengetatan ikat pinggang.
  • Pengusaha Rumah Makan;

Ilustrasi Rumah Makan di Daerah Wisata, Sumber:https://indonesia.tripcanvas.co/ 
Ilustrasi Rumah Makan di Daerah Wisata, Sumber:https://indonesia.tripcanvas.co/ 
“Kami mau memasak untuk siapa? Orang daerah wisatanya sepi begini." Kira-kira itu bayangan keluhan mereka. Para usaha kecil dan menengah yang memusatkan dirinya berjualan makanan di sekitar daerah wisata.

Ada yang berjualan bakso, nasi goreng, pisang goreng, bahkan sampai makanan khas daerah wisata setempat. Mereka hidup dari cuan yang disebar para wisatawan, yang kelaparan dan kehausan karena lelah berwisata.

  • Pemilik Hotel;

Salah Satu Hotel yang Nyaman, Sumber:https://indonesia.tripcanvas.co/ 
Salah Satu Hotel yang Nyaman, Sumber:https://indonesia.tripcanvas.co/ 
Tingkat keterisian kamar hotel (okupansi) oleh para pelancong sedikit banyak pasti menurun. Banyak kamar-kamar hotel dari kelas biasa sampai termewah, dari tidak berbintang hingga berbintang lima, hanya terisi oleh perabotan tanpa ada insan yang mendiami.

Iya, sepinya pengunjung di lokasi wisata pasti berbanding lurus dengan sepinya kamar hotel di sekitarnya. Bahkan, ada yang bisa sampai di bawah lima puluh persen tingkat okupansinya.

  • Penjual Cinderamata;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun