Pemerintah menegaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 tetap menjadi “perisai” utama perekonomian nasional di tengah lonjakan harga minyak, perlambatan manufaktur dunia, dan fluktuasi pasar keuangan. Pesan itu disampaikan Kementerian Keuangan dalam konferensi pers APBN Kita edisi Juni 2025.
Gejolak Eksternal: Konflik Timur Tengah dan Perlambatan Industri
Pecahnya konflik Israel–Iran awal bulan ini membuat harga minyak Brent sempat melesat hampir 9 % hingga menyentuh USD 78 per barel. Pada saat yang sama, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur global turun ke 49,6—masuk zona kontraksi—dan Indonesia ikut terpukul dengan PMI 47,4. Kombinasi energi mahal dan permintaan dunia yang melemah memicu risiko inflasi serta menekan kinerja ekspor. “Permintaan ekspor menurun, kami perlu menjaga pasar domestik agar mesin ekonomi tetap berputar,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu.
Pasar Keuangan Bergejolak, Rupiah Tetap Terjaga
Tingginya suku bunga di negara-negara maju dan lonjakan indeks dolar membuat rupiah bergerak volatil, sementara IHSG sempat menyentuh level volatilitas tertinggi sejak pandemi. Meski begitu, neraca perdagangan RI kembali mencatat surplus USD 4,9 miliar pada Mei 2025, memberi bantalan bagi nilai tukar.
Pendapatan Naik, Defisit Mini
Hingga akhir Mei, pendapatan negara mencapai Rp 995,3 triliun (33,1 % target), sementara belanja terserap Rp 1.016,3 triliun (28 % pagu). Defisit yang tercatat hanya Rp 21 triliun, jauh di bawah batas 2,53 % PDB yang diamanatkan undang-undang. “Ruang fiskal ini kami manfaatkan sebagai rem-gas sesuai kebutuhan untuk menjaga momentum pertumbuhan,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Strategi Counter-Cyclical: Lindungi Daya Beli dan Dorong Investasi
APBN 2025 difokuskan pada subsidi listrik, program pangan bergizi, layanan kesehatan gratis, serta dukungan UMKM dan sektor padat karya. Pemerintah juga mengalokasikan belanja infrastruktur hijau untuk menarik investasi jangka panjang, termasuk pembangunan pusat data dan proyek energi terbarukan.
Proyeksi dan Langkah Antisipatif
Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia sama-sama memangkas proyeksi pertumbuhan global 2025 ke kisaran 2,3–2,8 %. Pemerintah menetapkan target pertumbuhan Indonesia 5,2 % dengan inflasi 2,5 %. Dengan tetap menjaga disiplin fiskal dan memanfaatkan dividen BUMN melalui sovereign wealth fund Danatara, pemerintah optimistis ekonomi domestik akan tetap resilien. “APBN kami rancang fleksibel agar bisa menyerap guncangan global sekaligus mendorong ekonomi rakyat,” tegas Sri Mulyani
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI