Mohon tunggu...
Hokazuki
Hokazuki Mohon Tunggu... Mahasiswa -

"The great pleasure in life is doing what people say you cannot do."

Selanjutnya

Tutup

Money

Etika Bisnis dan Profesi serta Kasus Kode Etik Bisnis

2 April 2019   20:57 Diperbarui: 2 April 2019   21:18 11205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"To give real service you must add something which cannot be bought or measured with money, and that is sincerity and integrity." -- Douglas Adams

"Moral authority comes from following universal and timeless principles like honesty, integrity, and treating people with respect." -- Stephen Covey

Etika Bisnis dalam dunia usaha dan contoh kasus permasalahan kode etik bisnis

Apa itu Etika Bisnis dan Profesi?

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. (wikipedia.org)

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional, jadi pada dasarnya Etika Bisnis memuat aturan kaidah tentang standar atau batasan benar atau salahnya suatu kegiatan berdasarkan norma-norma guna memberikan pedoman pada pelaku bisnis untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah moral yang kompleks. Bisnis yang beretika ini sebenarnya perlu dipandang dari tiga sudut pandang seperti yang dirumuskan oleh Bertens (2013: 25):

  • Dari sudut pandang ekonomi, bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan tanpa merugikan orang lain.
  • Dari sudut pandang hukum, bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak melanggar aturan-aturan hukum.
  • Dari sudut pandang moral, bisnis yang baik adalah bisnis yang sesuai dengan ukuran-ukuran moralitas.

Lalu bagaimana dengan realitas Etika Bisnis pada dunia usaha pada saat ini? Ya memang mayoritas perusahaan sudah meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yaitu sebuah kegiatan bisnis yang menaati peraturan dan prinsip-prinsip etis dalam usaha, namun tidak jarang ada perusahaan yang melakukan praktek yang berlawanan dengan itu dengan tujuan keuntungan. Bukan hanya perusahaan, para pekerja baik dibidang non-pemerintahan maupun para pegawai pemerintahan juga sering kali terlibat kasus-kasus pelanggaran etis dalam bisnis dan pekerjaannya. Memang tidak jarang bahkan bisa dikatakan sering-kali para pelaku bisnis melanggar prinsip-prinsip etis yang seharusnya mereka taati karena mereka menganggap itu sebagai sebuah shortcut (jalan pintas) untuk menuju kemajuan bisnis, padahal pelanggaran-pelanggaran etika bisnis yang pada awalnya adalah karena ingin mendapatkan keuntungan-keuntungan tertentu dengan cepat dapat menjadi boomerang yang menyerang tuannya sendiri. Sebenarnya sudah ada aturan-aturan hukum yang mengatur tentang berbagai pelanggaran hukum, namun Bisnis bisa dikatakan lebih luas dari aturan-aturan itu sendiri, karena banyak wiliyah abu-abu dari etika itu sendiri yang tidak di atur oleh hukum sehingga peran etika bisnis benar-benar diperlukan. 

Lalu mengapa perusahaan harus memiliki budaya dan etika dalam bisnis? Hal ini dikarenakan apabila sebuah perusahaan memiliki etika dan budaya tertentu dalam bisnisnya maka akan menyebabkan kemajuan perusahaan itu sendiri, hal ini dikarenakan budaya dan etika bisnis suatu perusahaan akan mempengaruhi perilaku karyawannya, dimana perilaku karyawan yang baik akan mengakibatkan etos kerja yang lebih baik dari perusahaan tersebut dalam pengambilan keputusan dan kebijakan maupun dalam pelaksanaan praktek bisnisnya. Dan di Indonesia sendiri pelaksanaan Etika Bisnis bisa dikatakan masih sangat lemah, hal ini dikarenakan berbagai kendalan seperti ; standar moral dan penegakan hukum pelaku bisnis yang masih lemah, situasi politik dan ekonomi yang belum stabil, konflik internal perusahaan bahkan belum adanya organisasi khusus yang menegakkan kode etik bisnis dan manajemen.

7-810x383-5b3723af16835f28845cbcf3-png-5ca3682b95760e518e4065e4.jpg
7-810x383-5b3723af16835f28845cbcf3-png-5ca3682b95760e518e4065e4.jpg
Contoh Kasus pelanggaran etika bisnis dan profesi serta saran untuk solusinya

"Praktik Manipulasi Laporan Keuangan Enron"

Berikut ini adalah berbagai jenis kecurangan yang dilakukan Enron. 

  1. Enron juga menyalahgunakan perlakuan akuntansi dengan menggelembungkan nilai Mariner Energy (anak usaha Enron) dari US$ 185 juta menjadi US$ 366 juta. Dari perlakuan akuntansi itu terciptalah pendapatan fiktif sebesar US$ 181 juta.
  2. Enron menjual arus kas di masa yang akan datang (future income streams) dengan nilai sekarang (present value)untuk menghasilkan sejumlah pendapatan fiktif lainnya. Hanya saja masalah timbul karena Enron lah yang menjamin future income streams tersebut dan menciptakan penjualan akuntansi tanpa disertai laba atau keuntungan yang nyata.
  3. Enron meminjam dalam jumlah besar untuk dana operasional. Sebagian pinjaman ini (sekitar US$ 8 miliar) sengaja disalahklasifikasikan sebagai perdagangan energi berjangka (trades of energy futures). Dana pinjaman lainnya diberi judul "arus kas dari kegiatan perdagangan" ("cash flow from trading activities").
  4. Enron menyalahgunakan Special-Purpose Entities(SPE) di antaranya untuk menyembunyikan kerugian besar di anak perusahaan yang dimiliki Enron dengan menciptakan agreement tertentu untuk menutup kerugian anak perusahaannya (https://www.finansialku.com/enron-corporation-manipulasi-laporan-keuangan)

Saran penulis artikel ini berdasarkan kasus Enron :

Dalam realitas dunia usaha dan bisnis, kasus manipulasi laporan keuangan bukanlah hal yang baru lagi, praktik manipulasi keuangan tidak hanya dilakukan oleh perusahaan Enron ini, karena banyak juga kasus-kasus lain yang sudah terungkap, bahkan mungkin lebih banyak lagi kasus yang belum terungkap. Bentuk fraud (kecurangan) perusahaan berupa manipulasi laporan keuangan ini seharusnya menjadi salah satu hal yang harus benar-benar diperhatikan oleh lembaga-lembaga kode etik bisnis di dunia, dan bukan cuma manipulasi laporan keuangan, bentuk-bentuk fraud lainnya seperti penyalahgunaan asset dan korupsi juga harus menjadi hal utama yang diperhatikan.

Dalam kasus berbagai kecurangan perusahaan berkaitan dengan keuangan sangat berkaitan erat dengan para Akuntan yang terlibat dan pihak-pihak pemangku kekuasaan di perusahaan tersebut, fraud dalam suatu perusahaan tidak semata-mata terjadi begitu saja, karena jika ada akibat tentu ada sebab mengapa akibat itu terjadi. Dalam dunia perbisnisan sudah pasti berkaitan erat dengan yang namanya uang, sebenarnya inilah yang merupakan penyebab inti dari kecurangan-kecurangan dunia bisnis itu sendiri.

Dari segi pendekatan pribadi berbagai bentuk kecurangan suatu bisnis dapat terjadi karena adanya tekanan, peluang, dan pemikiran kalau bisnis itu penuh dengan persaingan yang kejam. Kita dapat melihat dari kasus Enron ini mereka melakukan kecurangan karena adanya tekanan akan kebutuhan modal dari para investor untuk perkembangan perusahaan sehingga mereka berpikir untuk melakukan kecurangan dalam menyajikan laporan keuangan agar laporan perusahaan mereka baik dimata investor sehingga para investor tertarik untuk menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut. Salah satu hal yang paling pertama yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dari pihak internal perusahaan itu sendiri, karena yang tahu persis bagaimana seluk-beluk permasalahan diperusahaan adalah pihak internal perusahaan itu sendiri, hal yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan suatu suasana, etos dan budaya kerja yang berprinsip pada kaidah-kaidah kode etik itu sendiri dan memperketat SOP pelaksanaan usaha, namun terkadang ketika tarikan magnet uang sudah berbicara sering-kali kode etik terlupakan bahkan para akuntansi yang seharusnya menjaga etika nya sebagai akuntan yang profesional mengabaikan kaidah-kaidah tersebut demi uang tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakannya.

Oleh karena itu solusi yang selanjutnya jika tidak bisa dilakukannya pengendalian internal adalah dibutuhkannya sebuah lembaga Independent yang dipercayai mengatur tentang Etika Bisnis dan Profesi diluar kendali para pembisnis dan pemerintah. Mengapa harus harus diluar kendali para pembisnis dan pemerintah? tapi diluar kendali pemerintah disini bukan berarti pemerintah tidak boleh sama sekali ikut campur, pemerintah bisa menjadi pengawas yang membantu lembaga ini tapi dalam kebijakan-kebijakannya, lembaga ini harus punya kekuatan sendiri berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang berlaku secara global dan universal, karena jika lembaga itu berada dibawah kendali kekuatan para pembisnis atau pemerintah tentu ada kekuatan dan tekanan dari pihak-pihak tersebut, karena dapat kita lihat seringkali kasus-kasus bisnis selalu berkaitan antara pelaku bisnis dan oknum-oknum pemerintahan, bukan ingin berpandangan buruk tentang pemerintahan dan pelaku bisnis tetapi lebih ke realitas agar pengendalian kode dapat berjalan tanpa ada intervensi dari pihak mana pun. Jadi lembaga Independent dapat melakukan berbagai alternatif dalam mengatasi masalah kecurangan laporan keuangan seperti yang dilakukan perusahan Enron ini untuk menjaga kaidah-kaidah prinsip etika bisnis dan menjaga kerugian yang tidak seharusnya dari pihak-pihak tertentu akibat penyalahgunaan laporan yang tidak menunjukkan data sebenarnya dalam suatu perusahaan.

Berbagai alternatif yang dapat dilakukan lembaga Independent Kode Etik ini adalah sebagai berikut :

  • Membuat aturan kode etik profesi dan bisnis yang jelas dan memuat aturan-aturan keras tentang kode etik profesi dan bisnis
  • Melaksanakan pengawasan terhadap para pelaku-pelaku bisnis
  • Membuat suatu standar verifikasi laporan keuangan dipasar saham dan kode etik disuatu perusahaan. Yang saya maksud disini adalah suatu sistem seperti suatu standarisasi dengan sistem bintang yang digunakan pada sistem standar restoran terbaik yaitu Bintang Mechelin dimana seperti yang kita tahu bahwa Bintang Michelin bukan hanya sekedar sebuah pujian, namun juga sebuah bentuk pengakuan atas kesempurnaan, keagungan, dan tentu saja kelezatan di dunia kuliner. Jadi bisa saja lembaga kode etik mengadopsi sistem ini dengan memberikan suatu standarisasi dan penghargaan bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mendapat Bintang tersebut, dimana bintang-bintang tersebut diberikan atas dasar kebenaran laporan keuangan dan kode etik serta berbagai aspek bisnis lainnya, dan bagi perusahaan yang telah mendapat verfikasi tersebut akan memiliki lambang bintang atau apapun itu berdasarkan tingkat baiknya kode etik diperusahaan tersebut agar orang-orang dapat melihat perbedaan antara perusahaan yang telah diverifikasi oleh lembaga ini dan yang belum, ini tentu akan berguna sekali terutama para pihak penanam modal. ini juga akan menjadi acuan bagi perusahaan untuk berlomba untuk memperbaiki kode etiknya untuk memperoleh penghargaan tertinggi dan tentunya jika demikian, permasalahan kode etik akan berkurang dari dunia usaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun