Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Abu Janda dalam Pusaran Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat

1 Februari 2021   18:01 Diperbarui: 3 Februari 2021   14:01 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pegiat media sosial Permadi Arya atau kerap disapa Abu Janda ikut berdemonstrasi bersama massa pengkritik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Jalan Silang Merdeka Barat Daya, Monas, Jakarta Pusat, Selasa (14/1/2020).(KOMPAS.com/NURSITA SARI)

Ada satu hal yang perlu disadari oleh kita semua mengenai sosok Abu Janda, atau bahkan sosok serupa yang sering menjadi sorotan di media sosial. Yaitu tentang pola konsumsi masyarakat di media sosial.

Kenapa bisa berbuat demikian? Sebab masyarakat di dunia maya sudah terbiasa mengonsumsi konten yang bermuatan SARA, sehingga hal itu akan menyebabkan perubahan pola konsumsi dalam hal konten di media sosial.

Pengguna media sosial dibuat "terbiasa" oleh konten-konten yang bermuatan SARA, sehingga akibatnya pun, tentu akan menimbulkan banyak reaksi. Bahkan tidak sedikit pula, banyak user media sosial yang menikmati konten dari Abu Janda sebagai hiburan semata.

Hal ini jika dianalogikan dengan hiburan di televisi, kita sudah mengenal tentang sinetron azab di salah satu televisi swasta. Sinetron itu memunculkan banyak reaksi, dari mulai yang kontra, pro, hingga yang menganggap sebatas hiburan semata.

Tapi lihat, sinetron itu tidak berhenti produksi, namun justru semakin membuat ide cerita yang "di luar nalar". Karena apa? Karena pada faktanya sinetron semacam itu semakin mendapatkan panggung, dan akhirnya masyarakat akan terbiasa.

Kembali ke Abu Janda, sudah berapa kali yang bersangkutan membuat heboh? Sudah berapa banyak orang yang bereaksi? Sudah berapa banyak orang yang terbiasa? Bahkan faktanya, bukan hanya Abu Janda yang menjadikan SARA sebagai barang produksinya untuk selalu dibicarakan oleh orang-orang.

Di luar sana (platform media sosial lain), juga masih banyak orang-orang yang menggunakan sara sebagai "tangga" menuju terkenal. Ada yang membakar bendera negara, ada yang memplesetkan gerakan sholat, ada yang merendahkan suku lain, dan masih banyak lagi.

Perubahan pola konsumsi seperti itulah yang saya maksud. Jika orang-orang yang saya singgung semakin mendapatkan panggung, tentu mereka akan semakin bersemangat membuat konten SARA, dan tidak bisa dipungkiri juga jika nantinya akan ada banyak orang-orang yang mengikuti jejak mereka.

Lalu, apa yang harus kita lakukan agar populasi orang yang seperti itu berkurang? Benar apa kata Bu Susi bahwa kita harus unfollow atau memblokir akun Abu Janda, kita juga bisa mengabaikan jika ada konten serupa. Kenapa? Sebab konten semacam itu hanyalah bersifat toxic yang akan mengusik ketenangan hidup kita.

Coba saja buktikan, jika semua orang mengabaikan Abu Janda, tentu eksistensinya akan tenggelam beserta kontennya yang kontroversial. Imbasnya? Iklim permedsosan di Indonesia akan membaik, karena orang-orang seperti Abu Janda sudah tidak lagi laku kontennya.

Saya sendiri pun selalu bertanya, kapan kiranya perdebatan seputar SARA akan berhenti? Karena jujur saja, saya sangat bosan melihat trending topic di Twitter yang isinya seputar SARA dan politik. Apalagi banyak media yang masih menjadikan isu sara sebagai salah satu tulisannya, bahkan dibumbui dengan judul yang tendensius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun