Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kenali Cara Cerdas Kelola Emosi dengan Metode "Anger Management"

6 November 2020   15:13 Diperbarui: 8 November 2020   13:38 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: www.pixabay.com)

Semua orang bisa marah, tapi, apakah semua orang mampu mengontrol kemarahannya? Semua orang mempunyai caranya sendiri ketika sedang marah, tapi, apakah semua orang mampu berpikir lebih ketika sedang marah? Memang benar, tiap orang mempunyai hak untuk marah. Tapi, apakah dengan harus mengorbankan hak orang lain atau, makhluk lain? 

Pembahasan mengenai "marah" dan "kemarahan" ini akan sangat menarik, jika kita mampu untuk membedahnya dari beberapa cabang ilmu. Akan ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik, ketika kita bersedia untuk mengulik tentang "marah" dan "kemarahan" dari berbagai sudut pandang, sehingga mampu mengasah daya berpikir kritis kita. Tentunya juga semakin mempertajam intuisi kita.

Masih ingat dengan kasus seorang Brimob yang melempar seekor anak kucing ke parit? Videonya viral beberapa waktu yang lalu, sontak saja mendapatkan perhatian dari publik, khususnya dari kelompok pecinta binatang. 

Video itu berdurasi sekitar 13 detik, di mana seorang Brimob berseragam yang bediri di atas jembatan, melemparkan seekor anak kucing ke sebuah parit yang ada di belakangnya. 

Setelah saya mencari tahu, alasannya pun sepele. Tindakan itu dilakukan oleh sang brimob, lantaran tidak terima makanannya diserobot oleh si kucing. Menurut keterangan kepolisian, kejadian itu terjadi pada 30 September 2020.

Memang, apa yang dilakukan oleh si kucing membuat kita merasa jengkel terkadang, namun tidak semua kejengkelan itu bisa dilampiaskan dengan melukai si kucing. 

Saya sendiri pernah beberapa kali mengalami kejadian serupa, dan yang terakhir saya alami adalah, ketika saya sedang mengambil minum, tiba-tiba makanan yang sedang saya makan, dimakan oleh dua ekor kucing.

Ceritanya, saat itu saya bangun tidur kesiangan dan langsung bergegas menuju dapur untuk memasak, menyiapkan makanan untuk teman-teman saya. Belanja, menanak nasi, mencucui piring dan gelas, memasak, adalah kegiatan yang membutuhkan tenaga. 

Ketika masakan sudah jadi, saya membawa sepiring makanan ke teras untuk saya makan. Baru dua suapan, saya tinggal sebentar ke dalam untuk mengambil minum. Dan setelah keluar kembali, makanan di piring itu sedang disantap oleh dua ekor kucing.

Perasaan saya, tentu kesal, marah kepada dua kucing nakal itu. Tapi apakah saya memukulnya? Membantingnya? Tidak, saya hanya menggerutu dengan kedua telapak tangan yang mengepal. 

Saya berjalan mondar-mandir sambil mengomel, kemudian duduk, lalu berdiri dan mondar-mandir lagi. Hal itu saya lakukan, karena saya tidak terbiasa berlaku kasar ke hewan. Dan yang lebih penting, saya mampu mengendalikan kemarahan saya berkat anger management.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun