Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jokowi dalam Lingkaran Orde Baru

18 Oktober 2019   08:11 Diperbarui: 18 Oktober 2019   08:33 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama tiga puluh dua tahun Negara ini berada di bawah kendali rezim otoriter Soeharto, dan selama itu pula kekayaan alam Negara ini terus menerus dihisap oleh para pemilik modal (dalam negeri dan luar negeri). Kasus-kasus korupsi pada masa Orde Baru juga tidak kalah banyaknya. Dan, di antara banyaknya kasus itu, kebanyakan dari koruptor justru lolos dari jerat hukum.

Selain kasus korupsi, kasus yang tidak kalah menakutkannya adalah dengan adanya Petrus atau Penembak Misterius. Mereka yang gencar mengkritik, melawan, bahkan menantang Soeharto, esok paginya akan ditemukan tewas di pinggir jalan dengan luka tembak akibat senjata api. Sebagian besar korban Petrus sulit dikenali, tanpa identitas.

Belum lagi peristiwa Banyuwangi dan Situbondo, hingga tabir kelam peristiwa Santa Cruz. Orde Baru menyisakan banyak kasus pelanggaran HAM dan genosida, sedangkan dalang atau eksekutor atas tragdei-tragedi berdarah itu tidak pernah terungkap.

Namun semenjak Reformasi 1998 yang memakan korban jiwa, merugi secara materil, dan menyisakan trauma bagi orang yang mengalaminya, berangsur mulai mendapatkan secerca harapan untuk kehidupan yang lebih baik di dalam  Negara Demokrasi ini. tapi sayangnya, Reformasi 1998 merupakan hasil permainan dari intelijen.

Beberapa kali saya pernah membahas mengenai ini yang pada intinya, Reformasi 1998 hanyalah Reformasi Ala Tukang Begal. Tidak, saya tidak menyalahkan para aktivis dan mahasiswa/i yang menjadi korban.

Saya hanya menyayangkan mereka semua berhasil masuk ke dalam permainan itu. Pasca Reformasi, tentunya keadaan semakin membaik, tapi tidak sepenuhnya membaik.

Kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia sampai saat ini masih menghantui otak saya, berputar terus menerus tanpa henti. Saya sendiri sudah beberapa kali mencoba untuk menganalisa, tapi belum mencapai kesimpulan yang bulat. BLBI dikucurkan guna menyehatkan bank-bank yang hampir kolaps karena krisis moneter pada saat itu.

Bahkan, saya sendiri tidak menyangka, jika Megawati mengeluarkan Perpres yang isinya "menganggap lunas" utang yang dikucurkan oleh pemerintahan Soeharto. Saat itu saya berpikir, pasti ada kongkalikong antara Megawati dan tersangka BLBI. Kasus BLBI berakhir pada pemerintahan Megawati, tentunya sangat menyisakan misteri bagi saya pribadi.

Sedangkan pada saat Antasari Azhar mengomandoi KPK, kasus BLBI kembali hidup, namun terganjal oleh surat kepetusan dari Menkeu saat itu, Sri Mulyani.

Lalu Antasari Azhar tersandung konspirasi jahat dari SBY dan para konglomerat hitam. Sampai saat ini kasus BLBI masih jalan di tempat, entah sampai kapan akan berakhir dengan putusan hukum yang adil.

Antasari Azhar tersandung konspirasi jahat bukan hanya soal BLBI, tapi juga kasus Bank Century. Sri Mulyani tentunya mempunyai andil dalam kasus itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun