Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasi Bintang untuk Kawanku

12 Oktober 2019   17:35 Diperbarui: 12 Oktober 2019   17:33 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image via bobo.gird.id

Mendekatlah, kawanku. Aku akan bercerita tentang sesuatu yang indah, yang dulu sempat sedikit aku rasakan. Yaitu tentang hal-hal sederhana, namun penuh makna. Dulu, sebelum aku mengenal cinta, ada sesuatu yang membuat hidup menjadi indah. Yaitu di saat kamu bisa dekat dengan siapapun, menghabiskan sepertiga hari bersama teman-teman yang menyenangkan.

Sewaktu kecil, kita semua pernah merasakan kebahagian, yang tidak akan pernah ternilai, dan juga terulang. Masa-masa kecil kita penuh canda dan tawa, penuh intrik tanpa drama, dan juga tangis tanpa dendam. Menjelang senja adalah waktu yang biasa kita habiskan, mereka habiskan, semua orang habiskan.

Debu kotor tidak menyurutkan niat kita, hujan petir tak mampu menggoyahkan iman kita. Kamu dan mereka masih sibuk bermain tanpa sekat, masih tertawa polos tanpa beban. Sedikit lebih tua kita masih sering bersama, menghabiskan waktu bersama, terkadang tidur bersama. Semakin remaja kita semakin jarang berjumpa, jarang menghabiskan waktu bersama. Padahal dulunya kamu dan aku sering bertemu, bertegur sapa, berpetualang bersama.

Dengarlah kawanku, sedikit tua dari remaja kita sudah jarang berbicara, tidak lagi bermain bersama. Bayangkan, kawanku. Suara tawa-tawa yang indah, raut muka yang lucu dan menggoda, yang dahulu sering kita praktekkan bersama. Kapan terakhir kali kita tertawa bersama? Berenang bersama? Memandangi langit yang sama? Dan bernyanyi bersama. Tangisan-tangisan lugu yang pernah terjadi padaku, luapan emosi yang berakhir manis.

Aku ingat, dulu, di saat kita tak lagi berbicara, dan aku menderita di kasur pesakitan. Aku selalu merindukan permainan kita, merindukan kawan-kawan kita. Dan setelah aku kembali, kamu datang dengan tatapan simpati, mengajakku bermain lagi. Saat itu aku tidak mengerti apa-apa. Yang aku tahu, aku bahagia karna bisa berbicara denganmu lagi.

Kini, kau dan aku, kita dan mereka, sudah mempunyai kehidupan masing-masing. Beban menjadi orang dewasa membuat kita jarang bertatap muka. Tapi beginilah hidup, akan terus terulang hingga generasi ke generasi. Kawanku, aku hanya mencoba mengingat masa di mana aku tidak sesepi kini.

Aku rindu himpunan tawa yang menyenangkan, aku rindu setiap memori yang aku putar kembali.  Dan semenjak kita sama-sama mengenal cinta, perlahan pola pikir kita berubah. Waktu-waktu yang kita punya sebagian besar kita habiskan dengan orang yang katanya kita cinta. Di dalam masa bersama cinta, kita semua merasakan kebahagiaan yang lain. Merasa diperhatikan, merasa diutamakan. Cinta memang bisa membuat semua orang menjadi gila, termasuk aku di dalamnya. Namun semakin sering aku berganti cinta, semakin sering aku merasa kehilangan. Ya, kehilangan sosok-sosok yang dulu begitu dekat denganku, kehilangan tawa-tawa tulus yang dipersembahkan untukku.

Sebagian orang akan beruntung, sebagiannya lagi kurang beruntung. Dan aku termasuk ke dalam himpunan yang kurang beruntung. Aku merindukan dongengan-dongenan masa kecil kita, aku merindukan setiap apa yang hadir di hidupku, dulu. Tapi biar bagaimana pun kita mempunyai ceritanya masing-masing, yang akan kita ceritakan ke generasi penerus kita. Lantunkanlah sahabat, syair-syair indah tentang pertemanan, frasa-frasa indah tentang persahabatan. Cobalah mendekat, kawanku. Di langit sana terdapat ribuan bintang yang terang, di mana kita semua memiliki bintang yang berbeda, yang suatu saat harus kita petik dan rawat.

Ingatlah selalu, kawanku. Pandangan-pandangan yang murni, tingkah-tingkah tanpa kekuasaan. Sewaktu kecil kita sering menulis di pantai yang sama, membasahi diri di laut yang sama. Semakin menua, kita semakin merasa risih dengan tingkah yang dulu pernah kita lakukan bersama. Namun bagiku kembali bertingkah seperti anak kecil sangatlah perlu, karena terkadang menjadi dewasa itu sangat membosankan.

Ingatkah kamu, bagaimana awalnya aku dan kamu bertemu, yang kemudian menjadi kawan setiap harinya. Aku tidak mengingatnya, dan berharap mengingatnya. Karena aku ingin sekali mengulanginya, masa di mana kita hidup tanpa drama. Namun sayangnya kita hidup bukan untuk mengulangi masa lalu, kita hidup untuk maju ke depan, untuk menua. Kemarilah sayangku, aku ingin sekali kita mengulangi waktu sekali lagi, menghabiskan sisa umur dengan kalian, menghabiskan sepanjang hari dan malam bersama kalian. Aku ingin menceritakan hal-hal yang menghabisiku, yang menelanjangiku. Aku ingin sekali kalian menjadi saksi abadi dalam hidupku, yang akan selalu aku ingat sampai kalian memikun. Dan aku yakin, kalian juga memiliki cerita yang sama. Tidak peduli kalian akan mendramatisirnya, karena aku tidak membutuhkan itu.

Duduklah di sampingku, kawanku. Kalian yang sangat berharga bagi perkembangan usiaku, kalian selalu menegurku, dan kalian yang terkadang memusuhiku. Karena aku ingin mati muda, sayangku. Aku tidak ingin menua dengan tragedi yang sama. Aku tidak ingin menyaksikan di sepanjang tuaku untuk melihat tragedi yang sama. Biarkanlah kawanku, aku ingin kalian bercerita tentang aku, tentang kenakalanku, tentang kelemahanku. Aku tidak pernah menuntut apa-apa, aku tidak pernah mengambil apa-apa, dan aku tidak akan kehilangan apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun