Mohon tunggu...
Heni Kurniawati
Heni Kurniawati Mohon Tunggu... Penulis - Visit my personal blog, tulisanheni.blogspot.com

A woman who likes writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maryam

21 September 2012   01:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:06 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore ini di In Blue Café tak sengaja aku bertemu lagi dengan Maryam setelah 13 tahun ia menghilang. Maryam, seorang sahabat dari masa laluku itu, kini duduk di hadapanku sedang memainkan sedotan di gelas orange juice-nya. Ia tidak banyak berubah, masih terlihat cantik meskipun usia kami sama-sama sedang menuju angka 35. Tubuhnya ramping dan rambutnya dibiarkan tergerai menyentuh bahu. Sepasang mata bulat miliknya masih ditumbuhi bulu mata yang lentik dan hidungnya yang mancung seolah melengkapi keindahan bibir tipisnya. Aku seperti melihat Maryam 13 tahun yang lalu, saat kami masih bersahabat, saat ia menjadi pujaan cowok-cowok di kampus kami. Termasuk Andre, yang kini menjadi suamiku. Ingin sekali aku memeluk Maryam. Ingin kulepaskan rindu, galau, dan rasa bersalah yang selama 13 tahun ini menyiksaku. Ingin sekali kucium pipinya yang merona oleh sapuan blush on berwarna peach itu. Tetapi Maryam yang hanya berjarak satu lengan di depanku terasa sangat sulit kurengkuh. Di antara kami ada jurang yang sangat dalam, jurang yang membuatku tak mungkin berdiri bersebelahan dengannya. Jurang yang kuciptakan sendiri 13 tahun yang lalu, di café ini juga.

"Maryam, maafkan aku. Aku mencintai Andre. Aku tidak bisa tanpanya. Aku sangat terluka karena Andre memilihmu. Please Maryam, jauhilah Andre, aku terlalu mencintainya. Relakanlah Andre untukku, Maryam."

Maryam tertunduk, memainkan sendok di piring nasi gorengnya. Pandangannya menyapu dinding-dinding café yang didominasi warna biru. Beberapa detik kemudian sepasang matanya telah mengembun basah.

"Aku tahu ini menyakitimu. Tapi kamu gadis yang cantik, Maryam. Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada gadis cantik dan cerdas sepertimu? Sementara aku tidak secantik dan sepintar dirimu; keluargaku pun tidak harmonis. Tak ada yang bisa kubanggakan untuk membuat cowok-cowok jatuh cinta padaku."

"Kamu yakin bisa membuat Andre bahagia, De?" tanyanya sambil menatap lurus mataku.

"Aku janji, Maryam. Akan kulakukan apapun untuk membuat Andre bahagia."


Ia terdiam, menghela nafas panjang. Aku tahu permintaanku terlalu berat untuknya, tapi aku sungguh tidak bisa membiarkan Andre dimiliki gadis lain, termasuk Maryam.

"Baiklah, De."

"Kalau ini bisa membuat kamu dan Andre bahagia, aku akan menjauhinya."

Hari-hari selanjutnya Maryam tidak terlihat di kampus. Seisi kampus bertanya-tanya karena Maryam, mahasiswi yang paling berprestasi dan sekaligus primadona kampus kami mendadak keluar dari kampus. Aku shock, tak menyangka Maryam melakukan hal ini. Ia telah memenuhi permintaanku, menjauhi Andre. Tetapi ia juga menjauhiku.

Andre kelimpungan, terlihat jelas sorot kehilangan di matanya. Apalagi keluarga Maryam sama sekali tidak mau memberitahu dimana Maryam berada. Ia seperti menghilang ditelan bumi. Andre menjadi sangat rapuh,  malas kuliah, dan nilai-nilainya turun drastis. Setiap hari kerjanya hanya nongkrong di In Blue Café, tempat ia, aku, dan Maryam biasa menghabiskan waktu untuk sekedar menunggu kelas berikutnya. Andre juga mulai merokok dan menyentuh minuman keras, dua barang yang dulu sangat ia benci. Saat itu aku baru sadar kalau Andre sangat mencintai Maryam, seperti aku mencintai dirinya. Namun aku terlalu pengecut untuk berkata jujur kalau akulah yang meminta Maryam menjauhinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun