Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Economics of "Ena-ena": Homo Lubido atau Homo Economicus?

15 Maret 2019   20:02 Diperbarui: 24 Maret 2019   18:53 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesimpulannya, terdapat trade-offs antara konsekuensi masa kini dan masa depan yang, sadar tak sadar, dipertimbangkan oleh individu rasional. Bentuk seks apapun yang dipilih, seperti kopulasi tanpa alat kontrasepsi, individu memperoleh manfaat jangka pendek berupa kenikmatan. Di sisi lain, konsekuensi jangka panjang yang harus ditanggung adalah risiko hamil dan terkena penyakit kelamin menular. Namun, tidak menutup kemungkinan masih ada orang yang memilih kenikmatan jangka pendek meski harus menanggung risiko di kemudian hari. Gruber (2001) mencoba memodelkan pilihan individu dalam menghadapi trade-offs antara konseskuensi masa kini dan masa depan. Diumpamakan seorang individu membuat pilihan yang mempengaruhi kesejahteraannya pada periode 1, 2, ..., T sehingga

Model [1]
Model [1]
Keterangan
Keterangan
Diumpamakan pula pada periode t seorang individu memilih untuk memaksimalkan preferensi intertemporal periode t
Model [1]
Model [1]
Menggunakan model di atas, contoh ilustrasi dari kasus penentuan keputusan melakukan hubungan seks yang berisiko adalah sebagai berikut. Terdapat seorang remaja yang sedang memutuskan untuk melakukan seks tanpa kondom dengan pasangannya. Sebagai individu yang rasional, remaja tersebut akan menimbang keuntungan jangka pendek (u1), yaitu kenikmatan seksual, dan konsekuensi jangka panjang (u2) seperti hamil dan terkena penyakit kelamin. Sebagai contoh, jika utilitas pada periode satu (u1=20) dan periode dua (u2= -30) maka rasionalnya ia tidak akan melakukan seks tanpa kondom (kesejahteraan bernilai negatif). Keputusan tersebut akan berlaku jika faktor heuristic discounting (delta = 1). Faktor ini menggambarkan persepsi individu terhadap ketidakpastian atau risiko yang terjadi di kemudian hari. Jika bernilai satu maka persepsi mengenai konsekuensi di masa depan sesuai dengan standar normatif (preferensi individu dianggap konstan). Akan tetapi, jika keputusan remaja tersebut didasarkan pada 2/3 maka ia akan melakukan seks tanpa kondom (kesejahteraan bernilai lebih dari sama dengan nol). Untuk itu, persepsi terhadap risiko di masa depan (delta) merupakan faktor yang penting. Semakin kecil perhatian individu terhadap risiko di kemudian hari, semakin kecil pula nilai faktor heuristic discounting. Dengan kata lain, individu yang berani mengambil risiko, dalam contoh ini melakukan seks tanpa kondom, adalah individu yang tidak terlalu mementingkan kesejahterannya di kemudian hari (Gruber, 2001).

Senada dengan Gruber, Yoon dan Tangtammaruk (2016) memodelkan keputusan individu ketika diberi tawaran untuk melakukan hubungan seks berisiko, menggunakan game theory. Berbeda dengan sebelumnya, model ini menekankan pada asymmetric information yang dihadapi oleh individu. Ketika ditawari seks, seorang individu (untuk selanjutnya disebut B) tidak mengetahui status HIV pasangannya (selanjutnya disebut A). Ini dapat terjadi karena dua hal. Pertama, B tidak memberi tahu status HIV dirinya kepada A, atau B berbohong kepada A. Oleh karena itu, individu B dihadapkan pada asymmetric information. Asumsi-asumsi dari model ini adalah sebagai berikut. Pertama, individu dengan HIV- lebih memilih seks tanpa kondom daripada dengan kondom (jika pasangannya berstatus HIV-). Kedua, individu dengan HIV- lebih memilih seks dengan kondom daripada tanpa kondom (jika pasangannya berstatus HIV+). Ketiga, individu dengan HIV- lebih memilih tidak seks daripada seks tanpa kondom (jika pasangannya berstatus HIV+). Keempat, individu dengan HIV+ lebih memilih seks tanpa kondom dibandingkan semua alternatif lain dan seks tanpa kondom lebih dipilih ketimbang tidak seks (untuk semua status HIV pasangannya).

Sebagai contoh, diumpamakan hanya B yang berstatus HIV- dan B tidak mengetahui secara pasti status HIV pasangannya. A memberikan tawaran kepada B untuk melakukan seks kemudian B menentukan pilihan untuk melakukan seks tanpa atau dengan kondom (sequential game). Jika keduanya setuju maka keduanya akan melakukan seks, jika tidak maka keduanya tidak melakukan seks. Payoffs (hasil) dari masing-masing kemungkinan ditunjukkan oleh gambar 1. Perlu dicatat bahwa nilai payoffs hanya sekadar contoh dengan dasar asumsi-asumsi yang telah disebutkan sebelumnya.

Gambar 1. Game of Tree Keputusan Seks dengan Informasi Tidak Lengkap

Game of tree
Game of tree
Sumber: diolah dari Yoon dan Tangtammaruk (2016)

Diumpamakan pula tingkat keyakinan B bahwa A mengidap status HIV+ adalah simbol (myu) sehingga expected utility dari masing-masing kemungkinan seks dapat dinyatakan

Model [2]
Model [2]

Dari persamaan tersebut, individu B akan memperoleh payoffs yang sama dari dua kemungkinan seks jika tingkat keyakinan bahwa A mengidap status HIV+(myu) sebesar 2%. Akan tetapi, jika tingkat keyakinannya kurang dari 2% maka ia akan memilih seks tanpa kondom. Sebaliknya, ia akan memilih seks dengan kondom jika tingkat keyakinannya lebih dari 2%. Poin yang menarik adalah batasan tingkat kepercayaan (myu) akan semakin mengecil jika payoff negatif dari seks dengan pasangan HIV+ semakin besar. Oleh karena itu, jika individu B menganggap bahwa dampak negatif dari seks berisiko semakin besar ia cenderung akan berhati-hati (kecuali ia sangat yakin kemungkinan pasangannya berstatus HIV+ sangat kecil).

Kesimpulan Akhir

Perilaku seksual adalah sesuatu yang alamiah meskipun manusia memiliki kapasitas tertentu untuk mengendalikannya. Di samping itu, faktor lingkungan sosial juga memegang peranan penting dalam membentuknya. Motif ekonomi pun turut melandasi perilaku seksual individu. Ini tidak terlepas dari asumsi bahwa manusia adalah Homo economicus yang merespon pada insentif dan menimbang costs-benefits secara rasional. Kendati demikian, masih terdapat perilaku menyimpang yang membuat keputusan individu terkait seksualitas menjadi tidak rasional. Alasannya, anggapan Homo economicus seringkali terlalu ideal dan manusia dihadapkan pada dunia dengan informasi yang tidak sempurna. Model ekonomi mungkin mengandung asumsi yang terlalu kuat tetapi setidaknya dapat memberikan gambaran umum mengenai perilaku 'ena-ena' seseorang.

Untuk kritik dan saran: himiespa.dp@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun