Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kebijakan Populis di Tahun Politis

13 Mei 2018   17:57 Diperbarui: 17 Juli 2018   07:45 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun Politik

Disaat pengeluaran pemerintah meningkat untuk kebijakan populis, penerimaan negara justru mengalami perlambatan. Pemerintah menargetkan pada triwulan satu tahun 2018, target pajak yang terkumpul sebesar enam belas persen dari keseluruhan APBN. Namun, pajak yang terkumpul tidak mencapai target, yaitu sebelas persen dari keseluruhan APBN. Disisi lain, tax ratio Indonesia masih belum dapat beranjak dari kisaran 10 persen dari PDB.

Kemudian, pemerintah perlu melakukan antisipasi terhadap tekanan global yang masih berlangsung. Ancaman kenaikan Fed Fund Rate dan pengurangan stimulus oleh European Central Bank dapat memperburuk gelombang capital outflow yang sedang terjadi. Dari dalam negeri, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh pembayaran dividen serta pembayaran bunga utang yang biasanya terjadi pada pertengahan tahun. 

Bank Indonesia perlu memikirkan kembali keputusan untuk mempertahankan BI 7 Days Repo Rate. Karena intervensi pasar terbukti tidak manjur, terlihat dari IHSG yang terus terpuruk. Sudah saatnya Bank Indonesia menggunakan instrumen lainnya seperti suku bunga.

Kombinasi pelemahan rupiah dan meningkatnya harga minyak dunia akan berdampak terhadap harga BBM di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh konsumsi minyak Indonesia lebih besar ketimbang produksinya. 

Produksi minyak Indonesia per hari sekitar 800 ribu barrel, sedangkan konsumsi minyak Indonesia setiap harinya yaitu sekitar 1.6 juta barrel. Terdapat selisih kurang lebih 800 ribu barrel atau hampir dua kali lipat antara produksi dan konsumsi. Selisih ini nantinya dipenuhi melalui impor dan impor dipengaruhi oleh kurs rupiah.

Tampaknya karena selama ini rakyat telah "dihajar" oleh pencabutan subsidi BBM, listrik hingga Dirjen Pajak yang begitu agresif mengejar pajak, kali ini pemerintah berpikir saatnya untuk (sedikit) memanjakan rakyat. 

Tentu yang menjadi perhatian adalah apakah kebijakan ini diambil "murni" untuk kepentingan perekonomian dalam jangka panjang, seperti tujuan pembangunan infrastruktur besar-besaran, atau lebih untuk kepentingan popularitas sesaat yang mengorbankan banyak hal, walaupun di permukaan terlihat menyenangkan? Semua ada pada keputusan pembaca untuk menilai dan memutuskan.

Untuk kritik dan saran: himiespa.dp@gmail.com

Referensi

Bloomberg. (2018). Bloomberg Professional. Available at: Subscription Service (Accessed: 10 May 2018)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun