Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama FEATURED

Inikah Senjakala Stasiun Televisi?

13 Januari 2016   13:43 Diperbarui: 7 Juni 2021   06:56 17494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: pexels.com/@donghuangmingde

TELEVISI KITA DI MASA DEPAN
Perangkat TV tetap akan jadi pilihan dalam menyaksikan konten video karena ukurannya yang besar. Kebutuhan akan kualitas gambar yang jernih saat ini juga masih jadi faktor kemenangan TV terresterial dan kabel.

Namun kita bicara soal masa depan yang tak lama lagi, yakni ketika bandwith internet makin menyebar, sangat kencang dan tarifnya kian terjangkau. Yang dengan itu transmisi video berkualitas tinggi atau high definition via internet tak lagi jadi masalah.

Tarif layanan per bulan TVOD/VOD plus koneksi internet 10 Mbps di rumah saya hanya selisih Rp75.000 dibandingkan tarif layanan TV kabel yang saya gunakan sebelumnya dan tak memberikan akses internet. Padahal saya tinggal jauh di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Di kota besar seperti Jakarta tarif TVOD/VOD plus koneksi internet ber-bandwith besar malah lebih murah daripada tarif TV kabel. Tidak lama lagi tarif ini semakin turun, dan begitu juga dengan harga smart tv.

Sudah sangat terang-benderang pula terjadi pergeseran besar dalam industri TV karena serbuan internet. Ekosistem siaran TV linear akan punah berganti dengan OD yang menyerahkan kontrol sepenuhnya pada pengguna.

Ceruk yang tersisa bagi stasiun TV linear hanyalah siaran langsung bernilai tinggi seperti pertandingan olahraga, acara penghargaan atau ajang pencarian bakat. Selebihnya, masa depan dunia pertelevisian adalah persoalan mengantarkan internet ke sebuah layar besar bernama TV.

Bicara internet, ia adalah pintu terbuka bagi siapa saja. Ia tidak bekerja seperti transmisi TV tradisional yang frekuensinya diperebutkan sana-sini dan diatur pemerintah. Pintu itu bisa dimasuki siapapun yang menyediakan konten seperti Eka Gustiwa, Raditya Dika, Last Day Production atau Sudiyono.

Dengan expertise-nya dibidang video content creation, kepemilikan modal raksasa dan penguasaan terhadap talent, stasiun TV punya kemampuan besar dalam menciptakan konten-konten berkualitas. Kelak stasiun TV lebih bertindak sebagai production house ketimbang pemilik/pengelola frekuensi dan sebuah stasiun. 

Mereka akan bermetamorfosis menjadi pencipta konten spesifik seperti National Geographic atau History Channel, namun dalam ekosistem distribusi OD yang tak lagi live secara linear. Indahnya lagi, kelak stasiun TV akan berkolaborasi dengan para 'amatir' pemilik konten berkualitas dengan menayangkan video mereka di kanal stasiun TV dengan sistem bagi hasil seperti Google Adsense.

Sementara distribusi iklan TV juga akan berubah dalam ekosistem OD. Iklan akan dibenamkan langsung atau embedded ke tayangan. Bisa juga seperti yang dilakukan Hulu dan Youtube dimana ketika iklan tayang audien tidak bisa melakukan skip atau fast forward.

Pengiklan akan memanfaatkan betul big data yang tersedia dalam ekosistem OD. Dengan itu kita hanya akan melihat iklan TV yang relevan dengan demografi, lokasi dan interestkita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun