Mohon tunggu...
Hikmatun
Hikmatun Mohon Tunggu... Mahasiswa S-2 - NIM : 55523120029 - FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS - UNIVERSITAS MERCU BUANA - PAJAK INTERNASIONAL - DOSEN : Prof Dr. APOLLO, M.si.AK

Bekerja di perusahaan F&B Divisi Acct &Tax. Saat ini sedang melanjutkan program S-2 Akuntansi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Quiz 11 : Satire Pajak

5 Juni 2025   19:03 Diperbarui: 5 Juni 2025   19:03 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lembar SPT"

Di meja kayu tua, tukang tambal ban duduk bersahaja,
Mengisi SPT dengan pena tua, tanpa jeda.
Angka demi angka ia jujurkan seadanya,
Tak banyak, tapi penuh doa agar jalan depan rumah tak lagi berlubang parah adanya.

Ia tak tahu apa itu tax planning,
Tak mengerti transfer pricing atau perusahaan cangkang asing.
Baginya, SPT adalah surat negara yang wajib ditunaikan,
Meski berarti mengurangi uang belanja untuk anak dan istri yang setia menanti di warung harapan.

Lain cerita di lantai lima puluh dua,
Gedung tinggi dengan kaca biru dan ruang rapat tertutup suara.
Di sana, lembar SPT bukan soal kejujuran,
Melainkan seni menyembunyikan keuntungan dengan "kepatuhan" yang penuh penghindaran.

Bukan pemilik yang mengisi---melainkan tim ahli dan konsultan,
Dengan pasal-pasal sebagai palet dan angka sebagai lukisan.
Laba dikaburkan, beban diperbesar,
Dan negara? Hanya melihat, kadang pura-pura sadar.

Rakyat kecil dicecar karena selisih seribu rupiah,
Sementara si kaya dipuji karena "telah menyerahkan laporan yang rapi dan bersih."
Tak ada audit, tak ada sanksi---hanya senyuman basa-basi,
Dan laporan pajak dengan angka yang dipoles seperti puisi.

Oh SPT, lembar suci negara yang berubah jadi layar sandiwara,
Yang jujur ditekan, yang cerdik dilepas tanpa cela.
Apakah keadilan hanya disusun di atas grafik dan retorika?
Sementara praktiknya dikuasai mereka yang bisa beli celah logika?

Kami rakyat tak menuntut perlakuan istimewa,
Kami hanya ingin hukum berdiri di kaki yang sama.
Agar setiap lembar SPT, bukan lagi alat tipu daya,
Tapi cermin jujur dari bangsa yang benar-benar percaya pada keadilan negara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun