Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Arah dan Tantangan Masa Depan Pendidikan Indonesia

29 November 2022   11:49 Diperbarui: 29 November 2022   11:50 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi

Isu kedua terkait teknologi digital dalam pendidikan. Kesenjangan akses teknologi digital antar wilayah di Indonesia masih menjadi problem besar. Problem dalam mengakses teknologi digital sebagaimana yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia seperti di Indonesia Timur. Dalam perkembangan revolusi industry 4.0 segala aktivitas yang ada termasuk dunia pendidikan beralih ke dunia digital, jika daerah -- daerah di Indonesia Timur sulit untuk mendapatkan akses teknologi digital, tentunya akan mempengaruhi hasil dari belajar siswa.

Bagi masyarakat yang tinggal di kota -- kota besar dan mudah mengakses digital memang telah terjadi akselerasi dalam pemanfaatan teknologi digital dalam dunia pendidikan, terutama selama masa pandemic covid 19. Namun hal demikian berbanding terbalik bagi masyarakat yang berlokasi di pelosok -- pelosok daerah yang tidak jarang kesulitan dalam menemukan sinyal, sehingga terjadi kesenjangan yang menjadi problem besar.

Isu ketiga adalah mengenai solidaritas dan kemitraan. Isu ini ingin menegaskan komitmen Indonesia untuk bekerja sama dengan Negara lain dan memilki solidaritas dalam suatu kelompok. Kualitas pendidikan di Negara -- Negara berkembang seperti Indonesia tentu akan berbeda kualitasnya dengan kualitas pendidikan di Negara -- Negara maju. Oleh karena itu, kolaborasi Antara Negara -- Negara berkembang dan Negara -- Negara maju dalam penyelenggaraan pendidikan sangat dibutuhkan. Salah satu poin yang bisa dikolaborasikan adalah masalah penelitian yang dalam hal ini Indonesia menjadi Negara yang masih tertinggal dari segi penelitian dan publikasinya di Asia Tenggara.

Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kementrian Riset Ali Gurfron dalam Tempo.co (21/4/2017)  melaporkan bahwa Indonesia jauh tertinggal dari negara lain dalam hal penelitian dan publikasi ilmiah. Jangankan dunia, di ASEAN khususnya Asia Tenggara saja sudah tertinggal. Hal senada disampaikan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir dalam Republika.co.id (16/1/2018) melaporkan bahwa jumlah penulis atau peneliti di Indonesia masih sangat minim. Tercatat, hingga saat ini, hanya terdapat sekitar 16 ribu makalah yang terpublikasikan di jurnal yang terindeks global.

Terakhir isu pendidikan yang diangkat Indonesia dalam G20 adalah mengenai masa depan dunia kerja. Di sisi lain, saat ini Indonesia sedang menuju puncak bonus demografi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2018 yang dilansir idntimes.com (19/2/2019), jumlah populasi Indonesia mencapai 265 juta jiwa. Kemudian, pada 2024, angkanya berpotensi meningkat hingga 282 juta dan sekitar 317 juta jiwa pada 2045. Data BPS 2018, jumlah generasi millenial berusia 20-35 tahun mencapai 24 persen, setara dengan 63,4 juta dari 179,1 juta jiwa yang merupakan usia produktif (14-64 tahun). Tidak salah bila pemuda disebut sebagai penentu masa depan Indonesia. Inilah yang disebut sebagai bonus demografi.

Konsekuensi dari bonus demografi adalah perubahan pola kerja yang disesuaikan dengan milenial. Akan tetapi, tingginya akan pengangguran di negeri ini menjadi tantangan tersendiri bagi pendidikan di Indonesia. Tantangan pendidikan Indonesia ke depan adalah bagaimana generasi muda Indonesia akan bersaing memperebutkan lapangan kerja. Sedangkan saat ini jumlah pengangguran pun semakin meningkat.

Dari empat isu utama yang diangkat Indonesia dalam G20, sangat disayangkan tidak adanya isu pembangunan SDM. Padahal pembangunan SDM yang berkualitas merupakan perkara yang urgent ketika kerusakan moral terjadi di mana mana, termasuk lingkungan pendidikan. Hidayat et al., (2018) mencatat ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa akan terus mengalami perkembangan, karena hakekatnya dalam tataran ideal ilmu itu akan terus berkembang. Pendidikan sebagai proses pengembangan diri dalam membina umat manusia merupakan salah satu bidang yang tidak ada habisnya untuk terus dikaji, mengapa dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting untuk mengembangkan SDM yang berkualitas.

Di antaranya kenakalan remaja yang ada cikal bakalnya tidak bisa dilepaskan dari tingginya angka minuman keras di kalangan remaja. Dalam riset yang dilakukan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta bersama Pusat Penguatan Otonomi Daerah (PPOD) mengungkapkan data dalam (15/8/2017) bahwa konsumsi minuman beralkohol oplosan oleh anak di bawah umur angkanya cukup tinggi yakni sekitar 65,3 persen. Riset itu sendiri melibatkan 327 reponden remaja berusia 12 sampai 21 tahun di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

Berbagai macam problematika yang terjadi di kalangan pelajar seperti meningkatnya konsumi minuman keras, narkoba, tawuran pelajar, pelecehan seksual, aborsi hingga pembunuhan menimbulkan pertanyaan dalam benak kita semua, mengapa semua ini bisa terjadi? Tentunya itu semua tidak terjadi begitu saja, pastinya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Akhwan (2014) mencatat bahwa demoralisasi yang terjadi saat ini disebabkan proses pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti sebatas teks dan kurang mempersiapkan siswa untuk menyikapi dan menghadapi kehidupan dengan segala problematikanya. Dalam konteks pendidikan formal di sekolah, bisa jadi salah satu penyebabnya karena pendidikan di Indonesia lebih menitikberatkan pada pengembangan intelektual semata, sedangkan aspek soft skill sebagai unsur utama pendidikan moral belum diperhatikan.

Aspek pembangunan SDM berkualitas tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi SDM berkualitas juga berkarakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasai keterampilan dan berani berinovasi dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun itu semua tidak bermakna jika tidak diiringi dengan karakter yang baik.

Karakter yang baik tidak terlahir hanya dengan memusatkan tujuan pendidikan kepadanya, tetapi karakter yang baik merupakan buah dari proses belajar dan mengajar yang baik juga. Untuk membina karakter yang baik tidak cukup hanya difokuskan kepada individu saja, tetapi mesti ada aturan yang mengikat dalam kehidupan bermasyarakat, yang didalamnya ada pemikiran, perasaan, dan aturan hidup yang sama. Karakter yang baik terlahir dari implementasi pengamalan nilai -- nilai ajaran yang disepakati di suatu Negara yang dilakukan baik individu dan masyarakat. Dalam konteks pendidikan, mesti ada sistem pendidikan yang terlahir berdasarkan pemikiran, perasaan,dan peraturan hidup yang sama. Dengan cara demikian pendidikan di Indonesia akan lebih baik dan bisa melahirkan calon-calon pemimpin yang akan memimpin dunia dengan karakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, menguasai keahlian yang memadai dan memiliki sikap yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun