Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menjual Sekolah dengan Brand Finlandia, Sebuah Trik Pemasaran?

13 Mei 2019   01:43 Diperbarui: 14 Mei 2019   16:55 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sederhana, tunggu sampai 10 bulan. Finlandia memberikan tunjangan khusus bagi orangtua (salah satu) yang mau tinggal menjaga anaknya hingga usia 3 tahun. Jika masih ingin menjaga anak setelah usia 3 tahun, maka ada sedikit pemotongan tunjangan dari pemerintah. 

Saat mencapai 3 tahun, anak masuk ke PAUD dan itupun masih ada aturan yang ketat. Jika kedua orangtua bekerja, maka si anak boleh berada di sana selama 5 hari, Senin sampai dengan Jumat. Jika ada orangtua yang tidak bekerja, maka hanya diizinkan selama 3 hari. 

Apa kegiatan anak selama di päiväkoti, bermain, bermain, dan bermain. Selama di päiväkoti, anak menikmati masa hidup sebagai anak dengan dunia bermainnya. Ada kalanya anak dibawa ke taman kota untuk bermain atau sekedar jalan-jalan menikmati udara di luar. Anak diajak untuk mencintai alam dan kegiatan di udara terbuka.

Saat anak berusia 6 tahun mereka dimasukkan ke sekolah persiapan masuk SD yang namanya eskari, supaya di usia 7 tahun mereka siap masuk SD. Apakah selama di eskari anak belajar membaca? Tidak! Belajar berhitung? Tidak! Anak diajar tanggung jawab sebagai siswa dengan berbagai macam cara. Dunia bermain masih sangat dominan di eskari.

Pendidikan dasar dan menengah

Pendidikan dasar dan menengah di Finlandia tidak membedakan anak berdasarkan kemampuan akademik. Tidak ada kelas akselerasi dan kelas khusus lainnya. Bahkan anak berkebutuhan khusus boleh masuk sekolah umum dengan beberapa syarat tertentu.

Di pendidikan dasar, anak belajar hal-hal umum seperti Bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni (termasuk musik), olah raga, dll. Bahkan, siswa laki-laki harus belajar tentang jahit menjahit dan merajut, sedang siswa perempuan harus belajar tentang pertukangan kayu. Saat di pendidikan dasar hingga usia 12 tahun, anak tidak pernah diarahkan ke salah satu bidang tertentu.

Duduk di bangku SMP, anak mulai boleh memilih antara menjahit dan pertukangan. Secara umum sisswa perempuan memilih menjahit dan siswa laki-laki memilih pertukangan. Namun, beberapa siswa membuat pengecualian.

Selesai SMP, mereka baru bisa memilih mau menekuni bidang yang sifatnya akademik atau vokasi. Mereka yang berminat ke akademik akan masuk jalur luseo (seperti SMA) dan peminat bidang vokasi masuk ke jalur ammatikoulu (seperti SMK). Di sini barulah anak belajar lebih fokus ke bidang yang diminatinya.

Tanggapan #1

Tidak ada yang salah dengan mengedepankan entrepreneurship dalam sebuah institusi pendidikan. Saya bahkan mendukung hal  ini salama dilakukan dalam koridor yang tepat dan tidak meninggalkan normal pendidikan yang bertanggung jawab. Sekolah-sekolah yang seperti ini harus memiliki jaringan yang kuat untuk memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship dengan sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun