Yah, tentu saja berbeda. Penyakit hati tidak demikian. Dia akan terus membuat kita merasa sakit ketika masih tersisa penyakit-penyakit hati yang terbesit dalam diri kita. Penyakit hati menyebabkan kita mudah marah, tersinggung, tergoda, hidup terasa berantakan, tidak nyaman ketika ingin melakukan sesuatu.
Tidak sampai di situ saja, penyakit hati yang masih bersemayam di tubuh kita akan menjadi pemberat saat kita dijemput oleh malaikat pencabut nyawa. Dan puncak penyiksaaannya nanti ada di akhirat.
Lupakah kita banyak siksaan dalam kubur dikarenakan karena sombong, iri, tamak, serakah, suka membangkang, dan berprasangka buruk?
Bayangkan saja jika kita masih menyimpan semua kejelekan itu dalam hati. Ingat dalam kubur hanya kita seorang tak ada yang menemani. Hanya amal perbuatan dan segala bentuk kebaikan yang telah kita lakukan.
Dalam sebuah hadis menjelaskan bahwa. Ketika nyawa kematian sudah datang menjemput ada tiga kekasih yang akan mengatarkan kita ke tempat peristitarahatan terakhir. Kekasih pertama akan menemani kita sampai ajal menjemput, dialah harta kita. Kekasih kedua akan mengantar kita sampai ke liang kubur. Dia adalah keluarga kita. Dan kekasih yang terakhir akan menemani kita hingga padang mahsyar. Itulah amal ibadah kita.
Maka, berhati-hatilah dalam berperilaku. Berhati-hatilah dengan kata-kata yang dikeluarkan.
Hati sumber kebaikan juga kejahatan
Hati. Ialah rajanya anggota tubuh. Sedangkan anggota tubuh lain adalah pasukannya. Jika rajanya baik, baik pula pasukannya, jika ia jahat jahat pula pasukannya.
Hati sangat penting perannya dalam kehidupan kita. Menjaganya adalah kewajiban. Melindungi dari segala keburukan adalah sebuah keharusan.
Kita perlu mengingat pula tentang sebuah hadis yang telah menjelaskan peran hati dalam kehidupan.
Dari An-Nu'man bin Basyir ra, nabi saw., bersabda:
"Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, baik pula seluruh jasad. Jika ia buruk, buruk pula seluru jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati." (H.R Imam Bukhori no.52 dan Muslim no 1599)