Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sains dan Agama Berdampingan untuk Kebaikan Bersama

3 Juli 2021   11:08 Diperbarui: 3 Juli 2021   11:11 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
conversations indonesia

Sejak lama agama dan ilmu sains saling bertolak belakang. Cerita bahwa asal usul manusia berasal dari kera dan sebelumnya adalah dari mahluk bersel satu dan lain sebagainya sering dibenturkan dengan kisah banyak kitab suci terutama agama Samawi (Yahudi, Kristen Protestan dan Kristen katolik serta Islam) yang sering disebut agama Abrahamik mengatakan bahwa manusia pertama adalah Adam dan hawa.

Pertentangan itu terus menerus terjadi dan pada akhirnya umat biasanya melakukan pemisahan dalam cara berfikir. Jika dikaitkan dengan konteks agama maka cara berfikir, berlogika dan mencari solusi  dengan cara agama. Kita bisa melihat cara berfikir dan berlogika ini pada esensi ceramah agama yang disampaikan saat salat jumat dan salat subuh.

Jika kita kaitkan dengan sains maka umat akan segera mengubah cara berfikir sesuai dengan logika sains yang sering disampaikan oleh para akademisi, para saintific dan para penemu. Cara berfikir sains biasanya mengikuti logika sains yang ketat dan berdasarkan logika ilmiah.

Pandemi Covid-19 agak menggeser cara berfikir kita semua. Ada 'jembatan' antara sains dan agama. Covid-19 yang merupakan turunan dari virus SARS yang sudah bermutasi dan ditularkan melalui kelelawar dan pertama kali ditemukan di Wuhan dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 jauh melebihi SARS dan MERS karena virus corona cenderung menyerang paru-paru, darah mengental dan akhirnya penderita sangat sulit untuk bertahan hidup.

Ratusan ribu para peneliti dan akademisi sudah sangat bekerja keras untuk mencari solusi soal Covid-19 pada umat manusia. Para farmasi juga telah mencari obat atau setidaknya penawar bagi penyakit mematikan ini. Vaksin telah ditemukan setelah pekerjaan maraton yang tidak kenal lelah dari para peneliti. WHO juga sedang dan telah mengupayakan vaksin-vaksin itu terdistribusi dengan baik untuk masyarakat dunia. Tentu saja semuanya untuk kebaikan umat manusia tidak mengenal sekat negara, agama, suku , warna kulit dan berbagai perbedaan.

Karena itu mungkin ini kesempatan bagi logika agama kita untuk menuju 'jembatan' yang sama dengan sains yaitu untuk keselamatan bagi semua orang. Sains tidak mengingkari agama dan sebaliknya, agamapun tidak diharapkan untuk mengingkari  sains -- terutama sains yang bekerja untuk kebaikan banyak orang-. Tokoh agama sangat berperan untuk mendorong umat berikhtiar bersama demi keselamatan bersama.

Apa yang dilakukan oleh sains adalah salah satu usaha yang harus dilakukan oleh semua pihak. Pada bahasa agama, usaha ini adalah salah iktiar untuk menuju tujuan yang baik. Bukankah agama --agama apapun- mewajibkan iktiar untuk mencapai kebaikan bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun