Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Membangun Karakter

8 Maret 2019   12:14 Diperbarui: 8 Maret 2019   12:36 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freeimages.com

Dua tahun lalu ada sebuah penelitian di Negara Jerman. Penelitian itu menemukan bahwa sekitar 2/3 anak-anak di bawah umur 13 tahun di  Jerman lebih suka membaca buku dibanding melihat youtube. Mereka menyisihkan beberapa kali membaca buku dalam satu minggu. Jika punya waktu luang mereka tidak meihat visual tetapi memilih membaca buku.

Rincian penelitian itu menyatakan bahwa 61% anak berusia  6- 13 tahun membaca buku secara rutin. Dari jumlah itu , setengahnya memilih membaca majalah anak-anak dan komik dalam seminggu. Penelitian itu menyasar 1700 anak di seuruh Jerman.

Penelitian ini menemukan sebagian kecil dari mereka memang memanfaatkan internet dan mengunduh berbagai aplikasi. Dari jumlah itu juga sedikit yang bermain game atau video game. Penelitian ini merupakan fenomena menarik yang terjadi di Negara besar.

Kita tahu bersama, Jerman merupakan Negara asal mesin cetak. Tapi pasti bukan itu satu-satunya penyebab kenapa para bocah itu lebih menyukai buku dibanding visual. Juga bukan karena mereka menghindari telepon gengam canggih dimana mereka bisa mengakses visual dengan bebas. Karena kepemilikian telepon genggam para bocah itu cenderung besar.

Tetapi ternyata karena para bocah itu tertib menaati aturan kapan boleh mengakses telepon canggihnya, kapan tidak. Para orang tua juga berperan besar dalam  mendidik mereka agar selalu menaati aturan dan mengedepankan pendidikan yang konvensional kepada anak mereka meski zaman sudah amat maju.

Pendidikan konvensional tercermin keberhasilannya pada bagaimana para bocah itu lebih memilih media cetak (majalah dan komik) daripada internet. Mereka dapat memilah bagaimana informasi itu didapatkan dengan cara dan mutu lebih baik dibanding youtube. Di youtube, seseorang bisa mendapatkan apa saja dibanding yang lainnya, tapi jika tidak disertai dengan saringan yang baik, maka hal itu akan menjadi negative bahkan buruk.

Digital juga tidak menjanjikan hal baik yang menyangkut pembangun karakter seseorang dalam hal ini generasi muda. Untuk mewujudkan karakter baik, maka yang harus dilakukan para orang tua adalah mengarahkan ke hal baik. Digital menyediakan semuanya, tetapi tidak selalu soal pilihan yang baik.

Jerman telah memberi contoh kepada kita bahwa mereka tahu bagaimana cara membangun generasi dengan karakter yang baik. Bahwa karakter baik dibangun dengan cara-cara konvensional, dan teknologi (digital ) adalah hal yang mengikuti karakter itu.  Karena itu mari kita bersama-sama belajar soal bagaimana Jerman memisahkan antara pengetahuan (teknologi) dan karakter. Dengan karakter baik kita bisa mencapai teknologi tinggi, hingga nyaris sampai langit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun