Mohon tunggu...
Hestri Parahest
Hestri Parahest Mohon Tunggu... hobi menulis

coretan si miskin diksi dan intuisi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Demi ODD, Caregiver Butuh "Rapi dengan Mandi"

22 September 2025   14:06 Diperbarui: 22 September 2025   14:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mendampingi dan merawat bapak (Sumber : Dokpri/Gemini AI)

Dengan tertatih ibu melangkah keluar dari kamar. Tangan keriputnya sesekali menyentuh dinding mencari-cari pegangan. Langkah kakinya seolah mengarah ke pintu depan. Saya yang sejak tadi memperhatikan ibu, segera menghampiri dan menyapanya, "Ibu mau ke mana?" Menyadari kehadiran saya, ibu menghentikan langkahnya sejenak dan menatap saya. Sayapun segera meraih tangan ibu untuk membantunya berpegangan. Tangan yang selalu menentramkan saya, yang tiap mili keriputnya menjadi saksi bagaimana saya dibesarkan dengan penuh kasih sayang. "Aku mau pulang nduk," kata ibu lirih. Sorot matanya dipenuhi kerinduan untuk kembali ke rumah, padahal ibu sedang berada di rumahnya sendiri. Saya mencoba memberi pengertian kepada ibu. "Ibu, ini kan sudah ada di rumah," jawab saya mengkoreksi pikiran ibu yang tidak sesuai dengan realita. Ibu tampak bingung. Beberapa saat kemudian ibu merespon,"Oh, jadi ini sudah di rumah ya," katanya lirih sambil ancang-ancang balik arah kembali ke kamarnya. Saya lalu menuntun ibu kembali ke kamar. Tak berapa lama, kejadian ini pun berulang kembali. Ibu ingin pulang lagi, lagi, dan lagi ..

Ibu saya mengalami demensia yang disebabkan karena alzheimer. Hari-hari mendampinginya bukanlah hari-hari yang mudah. Dulu, ibu bagaikan mercusuar bagi kami, orang yang selalu memberikan arahan dan kekuatan kepada kami. Kini gantian kami yang menjadi mercusuar bagi ibu, membimbingnya, dan mendampinginya melalui hari-hari dengan kabut ingatan yang semakin tebal. Ada saat-saat yang menyedihkan ketika matanya menatap kami anak-anaknya, dengan tatapan kosong tanpa mengenali siapa kami. Namun ada pula momen-momen indah, saat ibu tiba-tiba tersenyum gembira mendengar lagu favoritnya diputar, seakan sebagian kecil dari jiwanya yang hilang telah kembali walau hanya sesaat.

Dua tahun setelah ibu wafat, ujian kembali menghampiri kami. Bapak mengalami kelumpuhan kaki dan demensia pasca serangan stroke. Kami, anak-anaknya, kembali bergantian dan berbagi tugas mendampingi dan merawat bapak. Kembali membangun keikhlasan untuk menerima perubahan sorot mata bapak yang dulu penuh kebijaksanaan, kini menjadi sebuah tatapan kosong, bagaikan jendela yang tak lagi menampilkan pemandangan. Ucapan-ucapan bapak yang dulu sering terangkai menjadi suatu nasihat, kini hanya terucap sebagai gumaman yang tak beraturan. Hati seperti diiris-iris melihat bapak kini menjadi sosok asing bagi kami. Mau tidak mau, suka tidak suka, kami harus bersiap kembali menjadi caregiver bagi bapak.

Ilustrasi mendampingi dan merawat bapak (Sumber : Dokpri/Gemini AI)
Ilustrasi mendampingi dan merawat bapak (Sumber : Dokpri/Gemini AI)

Menjadi caregiver demensia, yang merawat dan mendampingi orang dengan demensia (ODD), bukan merupakan peran yang mudah, baik secara fisik maupun emosional. Demensia mengubah segala sesuatu dalam kehidupan penderitanya. ODD juga mengubah kehidupan caregiver-nya. Merawat dan mendampingi ODD itu bukan sehari dua hari. Stres dan kelelahan akan muncul sewaktu-waktu dalam perjalanan merawat dan mendampingi penderita demensia. Bukan hanya ODD saja, caregiver juga butuh motivasi dan dukungan dalam bertugas mendampingi dan merawat.

Sekian lama setelah bapak wafat, dan saat flashback kembali ke belakang, barulah saya menyadari banyak sekali evaluasi dan pelajaran yang bisa diambil saat dulu keluarga saya mendampingi dan merawat orangtua dengan demensia. Menstimulasi atau merangsang otak pada penderita demensia sangatlah penting, karena ini dapat membantu memperlambat penurunan kognitif, serta meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup mereka. Merangsang otak dapat dilakukan melalui panca indera sebagai jalan masuk rangsangan ke otak. Memeluk, menggenggam tangan dengan hati, mengajak bicara, memutarkan lagu kesukaan, memperlihatkan foto-foto masa lalu, menonton televisi, menanam tanaman di halaman rumah, atau aktivitas menyenangkan lainnya merupakan upaya untuk memberikan stimulus pada otak. Itulah mengapa, peran caregiver sangat penting di sini. Caregiver yang setiap harinya berpotensi mengalami tingkat stres dan kelelahan yang tinggi, memerlukan motivasi dan dukungan untuk bisa terus bertahan dalam memberikan perawatan dan pendampingan terbaik bagi ODD.

Rapi dengan Mandi ala Saya

Suka duka merawat orangtua dengan demensia, mengharuskan keluarga kami saling memberikan dukungan dan memotivasi diri. Rapi dengan mandi adalah jembatan keledai ala saya untuk memotivasi dan memberikan dukungan pada diri sendiri dalam perjalanan sebagai caregiver. Rapi singkatan dari ruang spiritual, dengan singkatan dari bergandengan tangan, dan mandi singkatan dari memanjakan diri.

  • Membangun ruang spiritual

Membangun ruang spiritual merupakan cara yang menurut saya paling efektif bagi caregiver untuk mengatasi dan mengelola stres dengan baik, serta menemukan kekuatan batinnya. Kesabaran, ketenangan, dan kekuatan hati, dapat dimohonkan pada Sang Pencipta melalui sholat atau doa sesuai keyakinannya. ODD yang dirawatpun bisa ikut diajak sholat atau doa bersama sebagai bagian dari stimulus otak dan batin, yang juga penting untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Berzikir dan membaca kitab suci Al Qur'an akan membantu mengingatkan kita tentang tujuan yang lebih besar dari apa yang sedang kita jalani saat ini. Memperdengarkannya pada penderita demensia saat kita membaca Al Qur'an juga merupakan rangsangan yang mampu menentramkan hatinya.

Awalnya, tugas merawat orang dengan demensia, rasanya seperti mendapatkan beban pekerjaan yang berat. Atmosfir hati yang terhubung dengan Sang Pencipta, lambat laun dapat mengubah cara pandang ini. Cinta yang mendalam, tanggungjawab sebagai seorang anak, kewajiban untuk berbakti, dan keinginan kuat untuk membalas pengorbanan dan kasih sayang orangtua, akhirnya menjadi motivasi terkuat dalam berperan sebagai caregiver.

Hati yang selalu terhubung kepada Sang Pencipta, menjadi lebih mudah untuk bersyukur. Banyak hal kecil yang bisa disyukuri dalam perjalanan mendampingi ODD, sebagaimana bersyukur atas kesehatan diri sendiri, bersyukur atas momen-momen kebahagiaan yang singkat, atau bersyukur karena masih dapat menghabiskan waktu bersama orang yang kita cintai.

  • Bergandengan tangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun